Pak Endon dan Tragedi Situ Gintung

23.51 / Diposting oleh Phyrman /

Pagi beranjak siang, saat tubuhku mulai rebah diatas kasur
dan mataku perlahan-lahan mulai meredup, setelah semalaman nongkrongin studio shift malam n' online FB
tiba-tiba HP ku berdering, sambil setengah sadar kudengar suara
"ayang, coba nonton TV dech, breaking news tanggul situ gintung jebol, kampus kita kebanjiran."

segera kuraih remote tv di kamar, dan kunyalakan channel salah satu TV berita
wow, ternyata 625 juta liter air dari situ gintung tumpah ke rumah-rumah penduduk di bawahnya
data depkes terakhir sekitar 58 orang tewas dan mungkin akan bertambah
ratusan rumah hancur terendam air bah yang mengalir tanpa kendali
kampus tempatku menimba ilmu satu tahun terakhir terkena air setinggi 2 meter

rasa kantukku langsung hilang
kuikuti terus gambar2 eksklusif yang menayangkan karya video amatir
ada rumah mewah yang roboh terkena longsor
ada gambar masjid yang perlahan-lahan mulai runtuh diterjang banjir
ada sosok bapak yang dengan berani menerjang air sambil menggendong mayat,
yang bisa jadi adalah anaknya

ntah kenapa, aku langsung teringat pak endon
seorang satpam tua yang sering menemaniku di parkir motor
saat aku menunggu istriku keluar dari ruang kuliahnya di MIKOM UMJ
yaaa, satpam tua warga asli betawi yang tinggal di kelurahan poncol
mungkin sejak setengah abad silam

beberapa bulan silam,
sambil nangkring diatas motor dan menatap pembangunan asrama mahasiswa UMJ
aku pernah bertanya pada pak endon, kenapa kampus UMJ letaknya di ceruk bukit
seperti cekungan mangkuk diantara jalan ciputan raya dan kampung tinggi disamping kampus
kata pak endon, sebenarnya dulu tanah komplek UMJ sejajar dengan jalan ciputat raya
tidak curam seperti jurang saat ini
tapi sejak tahun 1974, sebelum kampus ini didirikan
tanah yang sekarang menjadi lokasi kampus, dikeruk untuk menutup rawa-rawa
yang akan dijadikan perumahan elit kelapa gading
begitu banyaknya tanah yang dikeruk dan diambil,
sehingga area yang dulunya bahkan lebih tinggi dari jalan raya, sekarang seperti jurang curam

mungkin inilah balasan atas sebuah ketamakan manusia
yang tidak memperdulikan kontruksi bumi dan lingkungan hidupnya
pengerukan tanah lebih dari 30 tahun silam berakibat tragedi kemanusiaan di situ gintung
ternyata kemarahan alam dibalasnya pada anak cucu kita
kakek nenek yang dulunya menjual tanah, ditebus dengan nyawa sang anak dan cucu

ehm, hingga aku menulis kisah ini
aku belum mendengar kabar tentang pak endon
kelurahan poncol tempat tinggalnya luluh lantak diterjang air
semoga dikau dan keluargamu selamat, sahabat tuaku
insya allah, aku besok akan mencari kabar tentangmu


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar