Intropeksi Diri: Rep vs Cam

23.53 / Diposting oleh Phyrman /

tadi terjadi diskusi kecil antar beberapa teman kamerawan
sebagian mengeluh, kenapa kamerawan selalu menjadi nomor dua
selalu dianggap hanya sebagai tim support dalam pembuatan berita
dan selalu, selalu, selalu (minder hehehe...)

beberapa waktu lalu, seorang teman reporter juga curhat
asyik yaa jadi kamerawan, setelah pulang liputan bisa langsung pulang
gak perlu ngetik naskah, gak perlu dubbing
dan gak perlu, gak perlu lainnya hehehe...

padahal saat liputan dilapangan
keduanya adalah tim yang kompak
saat reporter mencari data dan narasumber, kamerawan mengambil stok shot gambar
saat reporter stand up, kamerawanlah yang menentukan komposisi angle yang cocok

reporter bisa nulis naskah, stand up dan menganalisa berbagai angle berita
kamerawan bisa shoting, editing, streaming, dan berbagai kemampuan teknis kamera
reporter bisa memelihara hubungan baik dengan narasumber
nah, inilah yang menjadi titik lemah kamerawan

selama ini kamerawan cenderung cuek dalam membina jaringan sosial dengan narasumber
saat liputan, kamerawan sibuk set up sequence gambar, sehingga lupa mencatat no hp nya
terkadang kita lupa, bahwa kamerawan adalah wartawan
dan kekuatan wartawan adalah akses yang cepat ke narasumber

karena semua berita, baik itu peristiwa atau isyu
pasti ada sumbernya, yaitu si narasumber tadi
narasumber bisa siapa aja; pejabat, polisi, tokoh masyarakat, rakyat kecil dll
so, jangan remehkan hubungan baik ini

trus apa lagi yaa?
oh iya, reporter biasanya memiliki kemampuan bahasa asing yang bagus
ini juga jadi titik lemahku dan sebagian teman2ku, yang berprofesi kamerawan
kemampuan bahasa inggrisku pasif, sementara teman2 reporter malah kursus mandarin, prancis dll

ah, ada satu lagi yang mengganjal, kalo yang ini menyangkut sistem liputan
kalo reporter punya spesialisasi bidang, semacam redaktur kalo di media cetak
ada reporter sosmas, politik, eksbis, olahraga, hukrim dll
tapi gak ada kamerawan sosmas, politik, ekbis, olahraga, hukrim dll
otak manusia kan terbatas, gak mungkin menguasai semua bidang

semoga kedepan kamerawan juga punya desk atau spesialisasi bidang
biar bisa fokus belajar,minimal paham isyu berita dan hubungan baik dengan narasumber
tinggal memperdalam kemampuan bahasa dan teknis aja kok
kalo skill nya udah tinggi kan bisa pindah ke TV asing hehehe...


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar