Kisah Akhir Dua Nenek

06.02 / Diposting oleh Phyrman /

Alkisah, hiduplah dua orang nenek disebuah kota kecil berhawa sejuk, kota yang terletak tepat di kaki gunung yang indah. Sebut saja namanya adalah nenek Sobariyah dan nenek Qodariyah.

Di masa lalu, nenek Sobariyah adalah seorang wanita sabar, cerdas dan berpendidikan cukup tinggi. Seorang ibu yang rela berhenti bekerja, agar bisa mendidik anak-anaknya mandiri, mumpuni dan bersekolah tinggi. Ibu yang berambisi agar anak-anaknya kelak menjadi orang yang sukses dan mapan. SD standar internasional, SMP billingual, SMA swasta terbaik dan Universitas luar negeri adalah jalan menuju cita-citanya. Semua demi buah hati tercinta.

Sedangkan nenek Qodariyah hanyalah sosok wanita sederhana, dan rajin beribadah, ibu rumah tangga yang selalu mengajarkan anak-anaknya agar kelak bermanfaat bagi orang lain. Sejak kecil buah hatinya diajarkan untuk taat beragama dan berderma kepada sesamanya. Pendidikan pun cukup yang sederhana, agar bisa bergaul dengan semua kalangan, tanpa melupakan kalangan bawah.

Saat sang waktu beranjak senja, anak-anak nenek Sobariyah berhasil menjadi manusia yang diidam-idamkan sang ibu, secara materi mapan, karir sukses dan cukup terpandang. Buah cintanya kini menjadi orang kaya yang dihormati dan disegani. Si sulung telah menjadi direktur utama perusahaan ternama, si tengah menjadi dokter bedah hebat dan si bungsu menjadi bankir ulung.

Sementara anak-anak nenek Qodariyah kini bekerja sebagai tenaga pengajar sebuah sekolah dasar di pinggir kota tersebut. Mereka hidup sederhana sebagai guru, tidak kekurangan, namun tidak juga berkelebihan. Mereka memilih untuk mengabdi pada masyarakat, menularkan ilmu yang mereka miliki untuk kepentingan masyarakat luas.

Kala senja semakin pudar dan tenggelam, nenek Sobariyah tak mampu lagi melawan usia dan hilang pula kemampuan untuk mandiri. Dengan berat hati, dia harus meminta tolong anak-anaknya agar bersedia merawatnya. Pengobatan terbaik pun telah diberikan, namun fisik manusia tidaklah mampu melawan usia. Setiap minggu dia harus bergiliran pindah rumah anaknya, agar tidak merepotkan mereka. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Kesibukan sang anak yang tak terelakkan, membuat mereka berpikir untuk menitipkan sang ibu di panti sosial, agar ada perawat profesional yang mengurusnya, hartanya mencukupi untuk mendapatkan yang terbaik. Namun, kesepian, kesedihan dan kehilangan keluarga memperlemah kekuatan fisik dan pikirannya, sampai akhirnya sang Khalik memanggilnya dalam kesendirian.

Di usia senja, kala malaikat malam menyapa, nenek Qodariyah selalu berdoa di dalam shalatnya, agar dipanggil sang Khalik secara cepat, tanpa merepotkan anak-anaknya. Sering saat mendengar doa sang ibu, mereka menangis karena takut menjadi anak durhaka yang tidak bisa membahagiakan orang tua, karena secara materi tiada banyak yang bisa mereka berikan pada ibunda tercinta.
Dan suatu malam yang dingin, saat anak-anaknya berkumpul dirumah, Sang Pemilik Ruh, mengambil jiwa nenek Qodariyah dalam ketenangan, tanpa harus membuat sang anak kehilangan harta untuk merawatnya.

Nenek Sobariyah adalah wajah kehidupan kapitalis yang hanya mengajarkan anaknya cara mengejar materi, menikmatinya dan melupakan sisi kemanusiaan. Dia mungkin tidak merugikan orang lain, tapi juga tidak memberi manfaat. Harta memang bisa memberikan perawatan terbaik bagi sang nenek di panti sosial, namun jiwa kebersamaan yang diharapkannya ternyata telah hampa. Materialisme menjadikan manusia sebagai makhluk yang kehilangan rasa, individualis dan menjalani kesendirian.

Nenek Qodariyah adalah perlambang kehidupan sosial yang humanis, materi bukanlah tujuan utama, tapi yang terpenting adalah manfaat bagi orang lain. Sekecil apapun nilai manfaat itu, karena ikhlas yang menjadi pilarnya. Kesederhanaan membuat manusia teringat akan Sang Pengasih, sedangkan kebersamaan melebur sifat egois. Doa akhir sang nenek adalah perlambang kemandirian itu sendiri, karena disaat dirinya merasa kalah, dia tidak bersandar pada manusia lain, tapi pada Penciptanya.

Nenek Sobariyah adalah tradisi modern kota yang menyusup dan mengakar di alam bawah sadar kita
Nenek Qodariyah adalah tradisi komunal desa yang perlahan-lahan mulai lenyap...

Celesta, 22 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar