Batam; Wisata Kultural, Kuliner dan Keindahan Alam

08.54 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Dering alarm HP, membangunkan tidur nyenyakku dalam balutan sleeping bag yang lumayan hangat… Yup, usai semalaman bertugas di studio hingga dini hari, pukul 5 subuh aku harus segera meluncur ke bandara dua proklamator negeri ini.. Dua jam perjalanan Jakarta – Batam tak dapat kunikmati, karena rasa kantuk lebih kuat dibanding hasrat memandangi birunya lautan dari atas awan. Tugas nan mengasyikkan menanti, membuat feature wisata di kota Batam.


-Patung Dewi Kwan Im-

Patung Dewi Kwan Im setinggi 22,374 meter adalah feature pertama yang rencananya harus aku garap. Berlokasi di sebuah resort indah bernama KTM di kawasan Tanjung Pinggir Sekupang Batam yang dianggap sebagai tempat pertemuan angin laut dan angin darat. Sebelumnya kawasan ini adalah wilayah yang tidak laku, karena menurut kepercayaan, titik pantai yang menjadi pertemuan dua arah angin yang berseberangan itu akan mendatangkan kebangkrutan bagi pebisnis. Dan untuk meredakan dampaknya, didirikanlah patung Dewi Kwan Im yang diharapkan dapat menetralisir pertemuan angin, sehingga bisa mendatangkan hoki bagi para pebisnis.

Menurut Kitab Suci Kwan Im Tek Too yang disusun oleh Chiang Cuen, Dewi Kwan Im dilahirkan pada zaman Kerajaan Ciu / Cian Kok pada tahun 403-221 SM terkait dengan legenda Puteri Miao Shan, anak dari Raja Miao Zhuang / Biao Cong / Biao Cuang Penguasa Negeri Xing Lin (Hin Lim), kira-kira pada akhir Dinasti Zhou di abad III SM.

Menurut cerita, Dewi Kwan Im adalah titisan Dewa Che Hang yang ber-reinkarnasi ke bumi untuk menolong manusia keluar dari penderitaan, karena melihat begitu kacaunya keadaan manusia saat itu dan penderitaan di mana-mana. Dewa Che Hang memilih wujud sebagai wanita, agar lebih leluasa untuk menolong kaum wanita yang membutuhkan pertolongan. Disamping itu agar lebih bisa meresapi penderitaan manusia bila dalam bentuk wanita karena di jaman itu wanita yang lebih banyak menderita dan kurang leluasa dalam membuat keputusan.

Patung Dewi Kwan Im di Batam ini memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai patung Dewi Kwan Im tertinggi di Indonesia, yang mencapai 22,374 meter. Pembuatan patung dengan berat 112 ton menghabiskan waktu delapan bulan, dengan bahan terbuat dari rangka beton yang dicor. Tanda di kening Dewi Kwan Im merupakan giok hijau yang didatangkan langsung dari China. Keramik dan ukiran China mengenai Kisah Dewi Kwan Im juga didatangkan dari China.

Tujuan wisata yang ”dijual” bagi para turis adalah bersembahyang di bawah patung Dewi Kwan Im bagi para pemeluknya. Para pengunjung yang sebagian besar etnis keturunan baik lokal maupun negara terdekat seperti Singapura dan Malaysia biasanya ramai berkunjung pada hari suci kalender Cina dan setiap tanggal 1 dan 15 kalender Internasional.



Dari sebuah restoran apung dibibir pantai, kami; saya dan bang Aloy koresponden Batam, disuguhi secangkir teh susu yang merupakan minuman khas Melayu. Banyak varian dari minuman ini; kalau di Kuala Lumpur terkenal dengan nama teh tarik dengan rasa manis yang cukup dominan, sedangkan di Singapura perpaduan teh dan susu kurang kental, sehingga bagi lidah Jawa saya yang terbiasa dengan rasa kental manis, teh susu ala Singapura terasa kurang mantap.

Tapi yang sangat mengasyikkan adalah titik pandang kota Singapura yang serasa dekat karena hanya berjarak tempuh 40 menit dengan menggunakan kapal ferry. Sayang saat kunjungan kemarin, kabut tipis masih menyelimuti lautan, sehingga gedung-gedung yang menjulang tinggi negeri Jiran hanya tampak tersamar. Menurut salah satu karyawan resort, pemandangan akan tampak jelas tanpa kabut, pada periode waktu usai hujan reda.

-Gonggong Ala Golden Prawn-

Maknyussss, kata penikmat kuliner Bondan Winarno, saat saya menikmati sajian beragam menu seafood ala Golden Prawn; Kepiting asam manis, Udang goreng tepung, Kakap steam, dan Gonggong rebus. Dan semuanya bisa disajikan dengan beragam rasa tergantung selera pemesan. Salah satu keunggulan restoran ini adalah pengunjung bisa memilih ikan laut yang akan dipesan, karena semuanya masih hidup di berbagai kolam terpisah yang cukup luas. Menurut pemilik rumah makan, untuk mendapatkan hewan laut yang berkualitas, harus ada jeda waktu berpuasa bagi binatang itu dari setelah ditangkap oleh nelayan hingga manjadi menu santapan, yaitu sekitar 3-4 hari. Puasa itu bertujuan untuk membersihkan isi perutnya dari sisa-sisa makanan laut yang tidak terkontrol, dan membersihkan sisa-sisa pasir yang menempel di sela-sela tubuh Dan proses tersebut dilakukan dalam kolam yang mempunyai sistem pergantian air yang bagus.

Menu yang terakhir yaitu Gonggong adalah makanan khas Batam, yaitu hewan laut sejenis siput yang hanya bisa hidup di wilayah tertentu saja, dan beberapa pulau di kepulauan Riau adalah salah satunya; Batam, Bintan dan Karimun. Bagi yang pertama kali mencoba, pasti akan terasa geli, karena bentuknya mirip bekicot dalam bentuk yang lebih mini dan cangkangnya berwarna krem. Cara makannya pun cukup unik, karena harus menggunakan tusuk gigi untuk mencongkel daging siput yang masih tersimpan didalam cangkang. Namun, usai mencicipinya dengan mencelupkan terlebih dahulu pada sambal, dijamin anda akan ketagihan. Anda akan sangat menyesal jika berkunjung ke Batam tanpa mencicipi menu ini, karena pada wilayah lain rasa gonggong akan sangat berbeda.




-Jembatan Barelang-

Seperti Jembatan Ampera yang membelah sungai Musi di Palembang, atau Jembatan Suramadu yang menghubungkan kota Surabaya dengan pulau Madura. Batam juga memiliki penanda khas yang multifungsi yaitu Jembatan Barelang yang menghubungkan pulau Batam dengan pulau-pulau disekitarnya yaitu pulau Rembang dan pulau Galang. Jembatan yang terdiri dari enam ruas ini melewati pulau-pulau kecil sebelum terhubung dengan titik terakhir. Setiap jembatan memiliki keindahan panorama masing-masing, karena hamparan laut yang tak bertepi seolah mengurung pulau-pulau mungil itu dengan bentuk pantai atau hutan bakau yang beragam.

Menyusuri sepanjang ruas jembatan Barelang akan terasa romantis, jika dilakukan pada sore hari, sambil menunggu dewa matahari tenggelam pada cakrawala, dan semburat kuning memantul pada percikan air laut. Jika situasi sedang ramai, maka dikedua sisi jembatan, nampak pasangan muda mudi asyik bercanda dan sekelompok anak muda duduk brsenda gurau sambil duduk bertengger diatas motor yang terparkir atau duduk lesehan di sisi pagar jembatan.



Bagi penikmat kuliner seperti saya, sebuah perjalanan akan terasa hambar tanpa mencicipi makanan khas. Di jembatan keempat, sekitar 100 meter dari arah jembatan disisi kanan dari arah Batam, ada sebuah restoran kecil yang cukup unik, karena memiliki produk berbahan Naga. Kalau mendengar namanya, fantasi kita akan membayangkan ular Naga pada legenda Cina yang buas dan sangar. Tapi kalau melihat warnanya yang ungu, imajinasi kita akan membayangkan rasa strawberry yang kecut manis, sedangkan kalau meminumnya maka rasa manis perpaduan semangka dan blewah akan menyesaki relung-relung lidah.

Restoran yang terletak dibibir jembatan ini, memiliki kebun buah Naga yang bisa langsung dikonsumsi jika sedang musim panen. Tidak hanya itu, retoran ini juga menjual bibit pohon naga yang bagi konsumennya. Bentuk pohonnya mirip kaktus, harus ditanam pada lahan kering yang bebas terkena sinar matahari, dan tanahnya tidak boleh terlalu basah.

Beruntung, kendati tidak sedang musim panen, restoran masih memiliki stok buah buat Jus Naga sehingga saya bisa menyeruput air es yang berwarna ungu romantis ini. Tak lupa, saya merayu pelayan untuk memotong sedikit buah Naga yang tersisa agar bisa menghapus rasa penasaran saya.Dan terakhir saya membeli 3 bibit Naga, semoga aja bisa tumbuh di halaman rumah saya nan mungil.



Celesta, 11 Januari 2010

http://ruangstudio.blogspot.com

Label: