Kartini Internasional

08.11 / Diposting oleh Phyrman /

Hari kartini telah seminggu berlalu
Namun ingatanku masih saja tertawa, saat harus mengantar treeva berpartisipasi di fashion show yang diselenggarakan sekolahnya bekerjasama dengan sebuah pusat belanja.
Wuih, kehebohan dimulai sejak jam 6 pagi, karena harus mengantarnya berdandan dan berpakaian kebaya ala kartini dari Sulawesi Selatan. Kenapa adat sulsel warna kuning, ini tidak ada hubungannya dengan promosi wapres yang sedang bingung mencari cara jadi capres. Sungguh, tidak ada sedikitpun dana yang masuk ke kantongku hehehe. Semua hanya karena saat itu stok penyewaan baju yang tersisa hanya itu, laris juga nich hehehe…

1 jam ber make up ria, jadilah krucil kesayanganku kartini harapan bangsa ceileee…
Tapi dasar anak2, baru sampai rumah langsung ngambek, semua pernik2 yang dipakainya harus dilepas, ada kalung, anting, gelang etnis. Tampang2nya bakal berantakan semua nih, pikirku.

Tepat jam 8.30, kami bertiga, papa, mama n treeva berangkat ke sebuah mall di kawasan tangerang, tempat acara diadakan. Hah, ternyata ratusan orang sudah berjubel di foodcourt tersebut, kalo jumlah peserta 100 orang, berarti total yang hadir lebih dari 200 orang, crowded banget….

Acara pun dimulai, satu per satu peserta harus berlenggak-lenggok diatas panggung memamerkan kebolehannya, ada yang malu2 sehingga harus diantar bu guru, ada yang sok pede dan professional, tapi kalo treeva tampil dengan ciri khasnya, selalu cengengesan dimanapun berada, jadilah kontes cengar-cengir bagi dirinya. Ampuuun dech, udah capek2 dandan, kalah lagi hihihi…

Yang unik dari kontes itu adalah jenis pakaian yang dilombakan ada yang “tidak biasa”.
Hari kartini biasanya dijadikan sarana pengenalan budaya nusantara, sehingga anak2 akan mengenal keragaman etnis daerah dipelosok nusantara. Tapi diajang ini ada kartini internasional, peserta kontes ini memakai baju ala putri kerajaan shanghai, ada cowok berdandan ala koboi meksiko, ada yang berdandan jas formil ala bangsawan prancis, bahkan pemenangnya bergaya ala Antonio banderas di film desperado hahaha…

Kategori piala untuk kelas internasional ini yang menurut saya agak menggelikan, seolah2 anak TK yang masih lugu ini diajarkan untuk berkiblat pada budaya western, mereka diajak agar lebih mengenal budaya luar negeri dibanding budaya sendiri. Atau jangan-jangan ini salah satu cara untuk memikat orang tua agar kelak menyekolahkan anaknya di SD berstandar internasional, kebetulan dikawasan ini memang banyak sekolah seperti itu, ada SD Global Jaya, Montesorry, Candle Tree, atau SD islam terpadu (standar internasional) seperti Auliya, Annisa, Amelia yang uang pangkalnya minimal 2 digit.

Dan kayaknya emang orangtua muda jaman sekarang English minded, pokoknya sebuah sekolah dianggap bagus kalo dibrosur dan balihonya ada tulisan “sistem pengajaran bilingual”, tanpa kita tahu bagaimana kualitas para gurunya.

Semoga aja tidak ada konspirasi didalamnya (kayak politik aja) hehehe…

Sency, 27 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar