Balada Rumput Yang Ingin Menjadi Pohon

11.26 / Diposting oleh Phyrman /

Dalam teori biologi tumbuh2an, salahsatu jenis tanaman yang bisa hidup diberbagai belahan bumi adalah rumput; ada rumput jepang, rumput gajah mini, rumput golf, rumput liar, hingga rumput laut (kalo yang ini beda jenis yaa)… Manfaat rumput pun multifungsi; untuk menghias taman, melapisi lapangan bola, menghijaukan padang golf, hingga mengisi tanah kosong dengan menjadi rumput liar, pokoknya serba bisa dech.

Saking hebatnya rumput, sampai-sampai manusia menjadikannya menjadi sebuah filosofi hidup yaitu filosofi rumput. Pandangan ini menggambarkan tentang karakter manusia yang bisa hidup dimana saja, melakukan apa saja, diberbagai situasi apapun.

Dalam perusahaan, filosofi ini biasa dipakai manajemen untuk mencari karyawan-karyawan teladan yang loyal dan bisa menjalankan beragam peran bagi perusahaan. Sosok yang multiperan; bisa sebagai operator, teknisi, manajer yang tentunya hanya digaji dengan satu peran hehehe…

Seorang karyawan berkarakter rumput adalah idaman atasannya; serba bisa, serba terampil, dan serba-serba lainnya. Tapi rumput tidak pernah bisa tinggi, karena tidak punya akar yang kuat. Dia sering menjadi bumper perusahaan untuk memenuhi kepentingannya, tanpa punya bargaining yang kuat, karena bersifat massal dan tidak terspesialisasi talentanya.

Ya, rumput tetaplah rumput. Yang hanya dihargai per meter persegi sebagai harga jualnya. Betapapun indahnya rumput, tetap dihargai kolektif, bukan sebagai individu seperti halnya kita menghargai tanaman hias.

Tanaman hias adalah tanaman yang “terlihat” berkarakter. Dia dibeli karena disukai. Semakin indah penampilannya, maka akan semakin mahal harganya. Bahkan terkadang seorang pencinta tanaman akan rela membayar lebih diatas harga normal, demi memiliki tanaman hias yang diinginkannya. Tanaman hias sering ditempatkan di pot yang indah, sehingga semakin mempercantik karakter nya. Dia pun bisa dibelai-belai, dirawat dengan penuh kasih sayang dan ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat.

Tanaman hias adalah karakter karyawan yang pandai dalam membungkus dirinya agar selalu tampak indah dimata atasan dan perusahaan. Dia pandai melobi dan bertindak manis, dengan attitude yang terkadang dibuat-buat. Dia pandai menutupi kelemahan kemampuan dengan bersikap kooperatif dan berakting lembut. Karakter ini pandai menempatkan dirinya dalam berbagai situasi, sehingga mampu memikat atasan. Dia tidak pernah menguasai sesuatu kemampuan secara mendalam, karena lebih menyukai penampilan kulit aja, yang penting cukup memenuhi kebutuhan standar perusahaan, tidak berlebih, hanya cukup saja.

Namun sekali lagi, tanaman hias tetaplah tanaman, yang dihargai mahal ketika disukai dan akan tergusur atau dibuang ketika si pemilik tanaman merasa bosan atau menemukan tanaman baru yang lebih indah. Dia yang dipuja-puja saat masa jaya, bisa tiba-tiba menjadi barang tak berharga, seperti cerita tentang tanaman anthurium, yang sempat dihargai puluhan juta per potnya, sekarang hanya dihargai puluhan sampai ratusan ribu, sangat tragis.

Dan karena sifatnya yang tidak abadi, manusia tidak pernah menerapkannya sebagai sebuah filosofi.

Ada lagi tanaman lain yang berkarakter, yaitu pohon. Jenis ini akan dihargai seiring bertambahnya usia dan manfaat. Pohon yang masih bibit dihargai sangat murah, tapi kalo sudah besar akan semakin mahal. Variasinya pun beragam; ada pohon mangga yang dimanfaatkan buahnya, pohon beringin untuk keteduhan, atau pohon palem untuk keindahan. Kekuatan pohon adalah pada akarnya yang kuat dan daunnya yang rindang, pohon pun semakin lama akan semakin tinggi.

Karakter ini adalah tipe karyawan yang mampu menggali potensi dirinya secara mendalam sesuai spesialisasinya. Dia tidak peduli dibayar murah ketika masih baru, tapi dia mencoba terus belajar menggali potensinya dengan akarnya yang semakin lama semakin kokoh. Dengan kerja keras sang akar, maka lambat laun batang, buah dan daunnya pun semakin berkembang, tatkala sang majikan mulai menikmati manfaat pohon, maka harga nya pun akan semakin mahal. Perusahaan akan semakin sayang untuk menebang atau membuangnya. Walau terkadang, pemilik pohon pun terpaksa harus “memotong dan menyiangi” kerindangan daunnya agar tidak menutupi rumput dan tanaman hias.

Namun pohon punya kelemahan yaitu butuh waktu lama untuk dinikmati. Dia tak terbiasa bermanis muka untuk menunjukkan kemampuannya didepan atasan. Dia memilih berdiam diri, sambil terus memompa kemampuan dengan memperkokoh akarnya dulu, sehingga tidak mudah goyah.

Dengan kekokohannya yang menjulang tinggi, pohon mampu menaklukan manusia untuk menjadikannya sebagai sebuah filosofi.

Ketiga karakter tanaman diatas selalu ada disekeliling kita, ada yang ikhlas manjadi rumput terus karena kehilangan visi dan rasa percaya diri, sehingga atasannya pun menganggapnya sebagai pekerja kolektif, yang tidak perlu dihargai berlebih karena akan membuat iri sesama rumput. Kalo ada satu rumput terlalu tinggi maka akan tampak berantakan, sehingga harus dipotong atau dicabut. Dan karena jumlahnya yang massal, maka sebuah rumput tak pernah bisa melawan sendiri. Pokoknya tidak boleh ada yang menonjol, harus sama rata dan sama rasa. Kayak faham sosialis aja yaa hehehe…

Ada juga yang berkarakter tanaman hias, selalu bergerak untuk mempercantik diri, baginya isi nomor dua belas, yang penting penampilan didepan bos harus meyakinkan. Karakter ini terkadang dibenci teman2nya karena agak-agak carmuk gitu hehehe… Apalagi kalo ada rumput yang bergaya tanaman hias, pasti rumput lain akan mengisolasikannya tuch hahaha… Dan karena sifatnya yang sesuai selera, maka ketika terjadi pergantian posisi bos, dia bisa terbuang jauh. Lha wong bos barunya penggemar Adenium kok, bukan penggemar Anthurium hehehe…

Kalo karakter pohon biasanya jumlahnya tidak banyak, karena kalo udah menjadi pohon yang rindang dan kokoh, tapi masih dihargai seperti rumput, dia akan memilih hengkang dari perusahaan, dia sangat yakin pasti akan ada yang membajaknya dengan harga tinggi.

Sebagai karyawan, terkadang kita merasa gerah dan putus asa karena menganggap perusahaan hanya menganggapnya sebagai rumput terus, tanpa memberikan kesempatan untuk menjadi pohon, padahal kita sudah berusaha mengoptimalkan kinerja. Segala tuntutan perusahaan untuk menggali potensi diri dan meng upgrade skill ternyata tidak dihargai sama sekali. Kita merasa sudah serba bisa dan multitalenta, tapi ternyata itu belum cukup untuk mendapat penghargaan lebih. Bagi perusahaan, rumput tetaplah rumput yang akan mudah mencari penggantinya jika resign.

Namun sebenarnya ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi karyawan rumput, untuk membuktikan diri bahwa dia sudah berubah menjadi pohon. Pohon yang sebenar-benarnya, yang rindang dan cerdas. Kalo merasa yakin sudah menjadi pohon, maka bergegaslah mencari peluang di taman lain yang butuh manfaat pohon. Karena mungkin taman yang lama, sudah terisi penuh dengan pohon dan tanaman hias, sehingga tiada ruang lagi untuk tumbuh berkembang.

Fenomena ini sering terjadi dalam komunikasi sosial di perusahaan. Si karyawan merasa sudah cukup sukses menjadi rumput dan kini tergerak untuk meningkatkan statusnya menjadi pohon dengan cara meningkatkan skill. Namun ternyata perusahaan, atas nama efisiensi berpura-pura tidak melihatnya sebagai pohon yang beranjak tinggi, mereka masih berpikir bahwa si karyawan masihlah seorang rumput, sehingga tidak perlu diberi kesempatan unjuk gigi dan dihargai.

Komunikasi yang terputus antara hasrat karyawan untuk merubah diri dari rumput menjadi pohon, dengan atasan yang tidak mengakomodirnya, bisa menjadi kerugian yang besar bagi keduanya. Karena akan merubah rumput yang indah dan tertata rapi itu menjadi rumput liar yang merusak dan memberontak.

Sikap arogansi perusahaan yang meremehkan karyawan bisa berakibat fatal, karena rumput-rumput yang hijau dan pohon-pohon rindang lebih memilih mencari taman lain yang lebih manusiawi. Sehingga yang tersisa tinggal rumput liar dan tanaman hias yang mulai layu.

Mending jadi rumput yang santai, atau tanaman hias yang penuh akting, atau pohon yang idealis yaaa???

Celesta, 18 Juni 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar