"Kebringasan" Dalam Balutan Seragam

06.44 / Diposting oleh Phyrman /

Kalau mendengar kata beringas, otak kita akan membayangkan seekor singa yang sedang mengejar dan memangsa korban atau lawannya secara tidak terkontrol, kejam dan tega meluluhlantakan. Pokoknya beringas adalah titik tertinggi kepuasan emosi sang raja hutan untuk mengoyak mangsa yang diincarnya, tanpa belas kasihan atau getaran nurani sedikitpun.

Tapi singa itu kan binatang, wajar dong tidak punya hati atau pikiran. Bagaimana kalau watak beringas itu dimiliki oleh manusia? Dan ternyata tidak kalah buas dibanding singa, akibatnya pun tak kalah mengerikan dibanding kondisi mangsa si raja hutan.

Hal itu terjadi pada 2 mangsa yang menjadi korban keganasan Satpol PP, mangsa pertama adalah Siti Horiyah seorang bayi kecil berumur 4 tahun yang meninggal akibat terbakar dalam razia Satpol PP Surabaya, saat penggusuran pedagang kakilima di kawasan Jl. Pemuda Surabaya. Berawal dari tindakan seorang anggota Satpol PP yang menarik rambut Sumariyah, ibu kandung bayi Horiah,yang saat kejadian sedang berjualan pentol. Akibat tindakan itu, pegangan Sumariyah terhadap gerobaknya lepas, sehingga gerobak berisi pentol dan kuah itu terguling dan terbakar karena minyak kompor di dalam gerobak tumpah. Siti Horiyah yang duduk di atas gerobak disambar api dan tersiram kuah panas yang merendam pentol. Luka bakar 67% pada tubuh sang bayi, mengantarkannya menghadap sang Ilahi pada usia dini.

Mangsa kedua adalah Fifih Aryani, seorang PSK yang tewas tenggelam di sungai Cisadane tangerang, ketika dikejar2 dalam razia satpol PP. Menurut beberapa saksi, saat Fifih jatuh tenggelam, tak ada satupun anggota satpol PP yang saat itu berada dipinggir sungai, tergerak untuk turun menolong. Dan jasad Fifih pun ditemukan 1 KM dari tempat kejadian. Tentunya dengan tubuh penuh luka terkoyak batu.

Dan sang singa pun mengaum tanpa merasa bersalah.

Mari sejenak saya dan anda anggota satpol PP, duduk merenung, sekedar menyegarkan ingatan akan apa yang anda alami. Saya yakin, anda hanyalah manusia biasa seperti yang lain. Mungkin anda dirumah adalah seorang bapak yang baik, seorang suami penyayang istri, atau seorang anak yang berbakti pada ayah bunda.

Yang karena kondisi ekonomi sedang lesu, akhirnya terjebak dalam profesi menjadi pamong praja. Mungkin juga status anda hanyalah karyawan kontrak bukan PNS. Anda hanya kebetulan diberi seragam berlogo “Satuan Polisi Pamong Praja” di pundak kiri. Sebuah seragam tanpa makna, karena belum tentu dengan seragam itu anda bisa menghidupi keluarga secara layak dan berlebih. Saya yakin, penghasilan anda mungkin tidak jauh berbeda dengan orang yang anda gusur, artinya secara kelas sosial sebenarnya anda dan korban anda berada dalam kasta yang sama. Sama-sama miskin dan kempang-kempis dalam mengatur uang.

Tapi pertanyaan saya adalah kenapa saat memakai “seragam” itu, anda berubah dari sosok manusia yang melindungi keluarga, menjadi seekor singa pemangsa yang kejam tanpa belas kasihan. Anda bisa memangsa teman sekasta anda, dengan begitu brutal dan beringas. Ada apa dengan anda? Apakah karena faktor “seragam” yang membuat anda gede rasa dan lupa diri? Sehingga anda sesaat merasa sebagai manusia terhebat di negeri ini. Ada apa dengan seragam anda? Kok bisa merubah karakter seseorang dalam sekejap.

Ataukah gara-gara atasan yang memaksa anda memakai seragam itu, menjanjikan anda hadiah yang sangat besar sehingga cukup menghidupi anak cucu sampai tujuh keturunan.
Kalau iya, mungkin itu menjadi alasan yang logis bagi seseorang untuk mengkhianati nuraninya. Maksudnya, anda berbuat jahat sekali, setelah itu hidup mapan bersama keluarga dengan bonus hadiah yang besar.
Tapi jika ternyata atasan anda pun tidak mampu memberi hadiah besar, untuk apa anda mengkhianati jati diri. Menjual sifat kemanusiaan dan menggantinya dengan watak singa yang egois. Apa sebenarnya yang anda cari?

Atau jangan-jangan anda takut terhadap atasan, takut dianggap pengecut jika tidak bisa mengoyak para pedagang kakilima, takut dianggap pecundang jika gagal merazia PSK. Tidak sadarkah anda, bahwa mungkin atasan anda pun jauh lebih penakut dan pecundang dibanding anda, terutama saat dia harus bertanggung jawab atas kasus penghilangan nyawa manusia ini.

Saya percaya, anda pasti tidak tinggal dikawasan elit Pondok Indah, atau Menteng atau Pantai Indah Kapuk, yang tiap rumahnya berpagar tinggi, sehingga tidak bersosialisasi dengan tetangga. Anda mungkin tinggal di gang sempit, atau area kampung dengan kondisi masyarakat kelas menengah kebawah. Dan tentunya anda juga setiap hari melihat realitas sosial bagaimana rakyat kecil bertahan hidup; bekerja keras untuk sekedar makan tiga kali sehari, menyekolahkan anak2nya dan lain sebagainya.

Saat anda pulang ke rumah dan melepas seragam itu, anda akan kembali menjadi warga masyarakat biasa. Apa kata tetangga anda, saat mereka tahu bahwa anda telah memangsa teman sendiri sesama kasta. Akankah mereka akan tergerak untuk membantu, jika keluarga anda terbelit kesusahan. Lalu apa kata anak istri anda, saat mereka tahu bahwa orang yang selama ini mereka hormati, mereka sayangi karena menjadi pelindung hidup, ternyata hanyalah “Seekor Singa Beringas Berseragam”.


Celesta, 26 Mei 2009

Dwi Firmansyah

http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar