Arogansi yang menghancurkan diri

04.52 / Diposting oleh Phyrman /

Hari ini hamper semua status facebook kawan2ku diisi dengan ungkapan rasa prihatin disertai kutukan dan makian terhadap tragedy “tandukan” satpam Bank Indonesia terhadap reporter Liputan 6 SCTV, Carlos Pardede. Semua status FB hampir seragam, malah ada yang sama persis satu sama lain (mungkin copy paste kali yaa), ada juga berkreasi sendiri, tapi intinya sama.

Tidak ada yang salah, karena ini merupakan bentuk perlawanan terhadap sebuah kekerasan, apapun bentuk dan alasannya. Semua orang dari berbagai kalangan, entah wartawan atau non wartawan, boleh marah, memaki, atau teriak2 di fesbuk, asalkan tidak memukul. Karena kalo sampe terjadi pemukulan, resikonya berat, monitor atau keyboard computer anda bisa pecah hehehe…

Emosi dan arogansi adalah dua hal yang saling mendukung, orang yang cepat emosi biasanya arogan, dan orang yang arogan biasanya cepat emosi.
Saya tidak mau terjebak dalam sebuah teori konspirasi, bahwa kejadian di gedung Bank Indonesia adalah sebuah konspirasi untuk menjegal Pak Boediono menjadi Cawapres pak SBY. Minimal menjadi sebuah kampanye hitam, agar terkesan karyawan Bank Indonesia arogan2 misalnya. Wong, satpam yang notabene adalah karyawan dengan level terendah aja udah sombong, gimana direkturnya? Hehehe…

Saya yakin, adegan “tandukan” yang mirip Zinedine Zidane di piala dunia dulu, hanyalah sebuah bentuk emosi yang tak terkendali akibat arogansi diri yang sudah terlanjur tertanam di hati para satpam itu. Sebuah kekhilafan hati yang bisa berakibat hancurnya masa depan diri si pelaku.

Arogan atau sombong, merupakan suatu kondisi seseorang di mana ia merasa lain dari yang lain (dengan keadaan tersebut) sebagai pengaruh kebanggaan terhadap diri sendiri, yaitu dengan adanya anggapan atau perasaan, bahwa dirinya lebih tinggi dan besar daripada selainnya, sehingga meremehkan segala sesuatu, entah itu masalah yang dihadapi atau orang disekitarnya

Bersikap arogan bukanlah pelanggaran hukum, bukan pelanggaran hak azasi manusia, dan bukan perbuatan criminal. Sah2 saja kok orang merasa dirinya hebat, atau pamer kekuatan didepan umum, asalkan tidak melakukan tindak kekerasan. Tapi kalo udah sampai criminal, itu jelas melanggar hak asasi, jadi layak dimusnahkan dari bumi pertiwi hehehe…

Menurut saya, satpam BI yang sampai bertindak keterlaluan “menanduk” kawan saya carlos, pasti tidak berpikir bahwa akibat tindakan spontanitasnya itu, masa depannya menjadi suram. Resiko dipenjara dalam kasus penganiayaan, trus pemecatan sebagai karyawan bias jadi tak bias dihindari. Apalagi isyu ini melibatkan media massa yang secara kompak mengutuknya. So, hampir pasti pak kapolres, pak jaksa dan pak hakim tidak berani main2. Ditambah lagi, BI sedang menciptakan image yang baik bagi pak Boediono, sudah sewajarnya mereka akan meng “ikhlas” kan karyawannya yang salah untuk dihukum.

Arogansi memang memancing emosi, dan menutup hati nurani. Kalo satpam tidak arogan, pasti akan bertanya baik2, trus menceritakan prosedur BI untuk wawancara dan sebagainya. Wong, hampir setiap hari wartawan pasti berkeliaran di gedung BI kok, kenapa harus pakai emosi. Biasa aja lagi hehehe…

Mungkin ini pelajaran terbaik baik semua orang, bahwa arogansi yang memancing emosi ternyata bisa merusak diri sendiri. Bang Carlos mungkin lukanya bisa sembuh dalam beberapa hari kedepan, tapi luka si satpam yang arogan tadi bisa berbulan2 bahkan bertahun tahun baru sembuh.
Luka pertama adalah ancaman bui,
luka kedua adalah pemecatan BI,
luka ketiga adalah hilangnya nama baik dan susah mencari kerja lagi,
luka berikutnya adalah luka anak istri, yang tak dapat dihidupi.

So, kalo emang tidak hebat, kenapa harus arogan?? Biasa aja kaliii….

Darmo Permai, 13 Mei 2009

Dwi Firmansyah

http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar