Dolly dan Keceriaan Peradaban Manusia

06.49 / Diposting oleh Phyrman /

Setiap hari, selama BKO di biro Surabaya, jalurku ke kantor selalu melewati rute yang sama, Hotel Santika – Dolly – Darmo. Yang pertama dan terakhir tidak usah dibahas, karena pasti tidak akan menarik bukan? Hehehe…

Sedangkan rute tengah, adalah jalur yang penuh keceriaan. Disebut ceria, karena berisi manusia-manusia yang sedang berusaha membahagiakan dirinya sendiri, dengan wajah yang ceria asli dan ceria palsu. Para lelaki yang baru datang pastinya hadir dengan wajah yang ceria asli dan berseri2, karena sedang membayangkan sebuah keindahan yang akan dinikmatinya. Sedangkan para wanita yang menunggu, berusaha menampilkan acting wajah yang sok ceria dan menggoda (walau mungkin hati cemberut hehehe), karena lelaki ceria akan memilih wanita ceria, untuk menambah keceriaan hatinya.

Tetapi kondisi mungkin akan sedikit berubah, saat para lelaki beranjak meninggalkan lokasi, keceriaan wajahnya sedikit berkurang seiring menipisnya harta kekayaan dan kembali memikirkan bagaimana harus menghidupi keluarganya. Sedangkan para wanita akan sedikit bertambah senyum ceria, karena terlepas dari siksaan dan dapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mungkin juga keluarganya.

Dolly adalah nama seorang mantan pelacur berdarah Jawa-Filipina, Dolly Khavit, yang pada tahun 1967, mendirikan rumah bordil di Jalan Kupang Timur I. Lantaran dianggap sebagai perintis, Dolly kemudian diabadikan sebagai nama daerah itu. Dari hanya beberapa wisma, Dolly lantas berkembang menjadi kawasan pelacuran yang ramai tahun 1980-an.

Sejarah Dolly hanyalah salahsatu sejarah tentang perkembangan prostitusi di dunia, sejarah yang hadir sejak munculnya awal peradaban manusia. Dolly adalah pelarian, pencarian dan penghidupan bagi manusia itu sendiri. Dia ada karena dibutuhkan dan dia dibutuhkan maka dia ada. Dolly adalah wujud toleransi sifat manusia yang paling tinggi, dia hadir diantara kepungan masjid, dimana ritual keagamaan hadir bersamaan dengan kemaksiatan.

Sejarah prostitusi hadir karena dunia dikendalikan laki-laki, berbagai sejarah mencatat bahwa awal mula prostitusi adalah perbudakan dan praktek pergundikan. Praktek pengambilan gundik ini kemudian menjadi cikal bakal perdagangan perempuan dan anak untuk tujuan seksual.

“Di kerajaan jawa misalnya perempuan pada zaman dulu acapkali dijadikan upeti kepada para bangsawan, baik sebagai upeti kalah perang atau agar memperoleh jabatan tertentu di istana. Tidak heran jika raja memiliki ratusan gundik.
Di Bali Raja berhak menikmati layanan seks dari janda yang berkasta rendah. Bila raja tak ingin memasukkan janda tersebut dalam rumah tangganya, ia mungkin akan dikirim untuk bekerja sebagi pekerja seks yang gajinya sebagian dikirimkan kepada raja. (Sulistyaningsih:2002-3; Hull 1999) Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tidak ubahnya seperti barang yang bisa dipertukarkan atau dihadiahkan dan tidak memiliki kebebasan atas dirinya. Akibatnya, perempuan telah mengalami sejarah panjang diskriminasi dan kekerasan, karena dia adalah perempuan.” (sumber:internet)

Ini berarti prostitusi wanita akan selalu ada dimana laki-laki masih berjaya sebagai pemimpin dunia. Tapi menurut hitungan matematis sebenarnya keberadaan prostitusi tidak logis. Berdasarkan prosentase jumlah penduduk didunia, jumlah wanita adalah 3 kali lipat jumlah pria, menurut hitungan saya, logikanya 1 pria bisa melayani 3 wanita, tapi kok terbalik yaa, ini 1 wanita malah bisa melayani lebih dari 10 pria, trus kalo para wanita kemaruk gini, temen2nya gak kebagian dong hehehe…

Ada agama menghalalkan praktek poligami, yang berarti seorang laki-laki boleh menikah dengan lebih dari 1 wanita, namun harus ada unsur keadilan didalamnya, syarat inilah yang sering dikesampingkan oleh para pria egois, sehingga hanya setuju menjalankan fiqh nya, tapi tidak mau mengerjakan esensi dari aturan tersebut.

Disisi lain, aturan agama sering disalahgunakan untuk menghalalkan praktek prostitusi, yaitu via kawin kontrak, ada penghulu sebagai hakim, ada saksi-saksi, bahkan sering yang menjadi saksi pengantin wanita adalah orangtuanya sendiri. Trend jual beli anak secara "halal" kalee yeee hehehe...

Trend seperti ini ternyata muncul dalam beragam versi diberbagai daerah, di beberapa desa dikawasan Indramayu misalnya, sebuah praktek prostitusi bisa dilakukan dirumah sendiri, dikamar yang berdampingan dengan sang ortu, dan tukang ojek sebagai marketingnya.

Tapi dewasa ini banyak alasan seseorang terjun ke dunia prostitusi yang agak mengada-ada, tp ini guyonan aja yaa, saya gak percaya kalo penyebab utama banyaknya prostitusi adalah kemiskinan, kok bisa? kalo emang kemiskinan yang menjadi penyebabnya, seharusnya banyak juga muncul lokasi "prostituso" alias prostitusi cowok, kan yang miskin bukan hanya perempuan, laki2 juga banyak yang kere kok, buktinya banyak cowok2 patah hati gara2 wanita idolanya gak mau kawin ama pria yang belum mapan hehehe...

Trus saya juga gak percaya, kalau kebodohan juga menjadi faktor penyebab..buktinya kan sekarang sekolah gratis, dan di indonesia hak perempuan untuk berpendidikan sejajar dengan laki-laki. Lagian prostitusi termahal saat ini malah didominasi kalangan mahasiswi dan pelajar SMP/SMA yang cerdas-cerdas.

Nah, kalo yang ini alasannya terlalu dibuat2, ada wanita yang terjun ke prostitusi gara2 dendam sama laki2 yang merenggut kegadisannya, lho kok enak? Kegadisan wanita terenggut hanya satu kali, yaitu saat pertama kali, lho kok malah balas dendamnya berkali-kali dengan banyak pria lagi. apakah dengan membalas dendam, kegadisannya akan kembali? gak mungkin kalee hehehe... bukannya mending dia balas dendam dengan cara ngakalin calon suaminya, pura2 karena jatuh dari sepeda kek atau jujur sambil agak2 akting menghiba2 bahwa saat itu dia khilaf, kalo emang cinta pasti akan nerima kok, asal kebelakang hari tetap setia... (ngajarin yang gak bener yaa hehehe)

Lalu apa dong penyebabnya? kayaknya sich complicated; karena ada unsur kesenangan duniawi, kemudahan mencari uang, kepuasan membalas dendam, atau alasan yang agak heroik, kebahagian bisa membantu keluarga, kelancaran membayar SPP kuliah, biaya pengobatan anak atau ortu dan beragam faktor yang bersifat pribadi.

Kalo melihat fenomena yang udah semakin ceria dan semarak gini, adalah sikap yang naif dan 'absurd' untuk menghapuskan prostitusi, biarlah dia berjalan sesuai kodratnya, toh tiap manusia punya pilihan yang terbaik untuk hidupnya sendiri. Agama hanya membuat aturan moral, dan UU hanya membuat aturan hukum, tapi manusia lah yang akan menjalaninya, karena kebahagiaanya hanya dirinya yang berhak menentukan.

Mampir gak yaaaa?
Astaghfirullah, Ya Allah, kuatkan hatiku agar tidak tergoda


Darmo Permai, 3 Mei 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar