Horeka, Effort Telah Kembali…

09.38 / Diposting oleh Phyrman /

Kawanku ini memang luar biasa, energinya nyaris tak ada habisnya, ide-ide nya tampak selalu brilian, out put nya juga fantastis, padahal di perusahaan sebelumnya dia hanyalah karyawan biasa-biasa aja, tidak ada yang lebih, walau juga tak kurang. Sangat-sangat standar kalau dibanding karyawan lainnya.

Namun kini dia seolah berubah jadi bintang, entah tukang sulap mana yang bisa mengubahnya menjadi sedemikian hebat. Yang dulu kalau pulang “teng go”, alias jam kerja abis langsung cabut, kini betah tinggal di kantor hingga larut malam. Yang dulu kalo suruh kerja angin-anginan dan harus diawasi, kini menjadi panutan bagi rekan setim nya. Apa yang bisa merubah attitude nya sampai 180 derajat??

Akhirnya dia mengakui, bahwa yang bisa membuat motivasi kerjanya sangat tinggi adalah “pengakuan”. Pengakuan dari atasan bahwa dia sebenarnya mampu dan berpotensi, yang memicu effort kerja pantang menyerah, dan membuatnya bangga untuk selalu menghasilkan karya-karya yang fantastis.

Sesederhana itu kah? Hanya sebuah pengakuan?

Yap, kebanggan diri muncul tatkala lingkungan sosial nya mengapresiasi dengan benar, tatkala sang atasan bisa mendukungnya saat hampir menyerah, tatkala rekan-rekannya mengisi celah kekurangannya dengan cermat, tatkala bawahan mencintainya dengan tulus.

“Aku sangat mencintai profesi, institusi, dan rekan-rekanku” katanya suatu hari. Dan itulah yang membuatku tidak pernah menghitung waktu saat bekerja, aku bangga bisa menghasilkan karya yang lebih bagus, aku bangga saat atasanku berkata “ini sangat luar biasa”, aku sangat bangga ketika kawan-kawanku bilang “idemu sungguh cemerlang” dan aku menjadi sangat bangga ketika kantor mengapresiasinya dengan bonus yang tak kuduga.

Satu per satu alasan yang membuatnya menjadi seperti sekarang, diceritakannya dengan antusias. Ada empat poin penting yaitu atasan, rekan, perusahaan, dan diri sendiri.

Pertama, atasan, adalah orang tua, manajer, guru, motivator dan marketer bagi anak buahnya. Dia figure yang ngemong, penuh perhatian bahkan untuk hal-hal kecil, peduli, tahu kapan saat harus men-support dan kapan harus membiarkan mandiri. Dia bukan tipe yang suka mengakui ide anak buahnya, sebagai gagasannya. Seorang atasan juga selalu meng upgrade skill dan wawasannya dengan membaca buku sehingga ruang diskusi selalu diisi dengan hal-hal yang baru. Atasan yang bisa menjadi guru terbaik, akan menghasilkan murid yang loyal. Dia juga seorang motivator yang tahu kapan harus mendorong dan kapan harus menarik.

Seorang atasan yang baik tidak harus lebih tua, dia bisa aja berusia muda asal bijak dan berwawasan. Untuk bisa mengelola anak buah, seorang atasan harus mengasah kemampuannya agar selalu satu tingkat lebih tinggi dari bawahan. Dia harus jujur dan fair, tidak otoriter dan tidak omong doang. Atasan juga harus berani menjadi bumper bagi anak buahnya jika ada kesalahan, seorang atasan yang pengecut dan rela mengorbankan anak buahnya demi prestise diri sudah selayaknya digusur dari roda pimpinan. Seorang atasan adalah fasilitator bagi perjalanan karir anak buahnya, dia menjadi marketer promosi anak buahnya.

Sangat tidak masuk akal jika ada atasan yang tidak tahu job desk dan tidak memahami teknis kerja bawahannya. (ada gak ya atasan kayak gini?? Hehehe).


Kedua, rekan kerja, adalah tim, sahabat, lawan diskusi dan sekaligus kawan brainstorming. Dia tahu kelemahan dan kekuatan partnernya, sehingga bisa saling mengisi segala kekurangan.

Rekan kerja yang kompak dan solid akan bisa menginspirasi teman yang lain untuk berusaha lebih keras dalam menghasilkan masterpiece. Ketimpangan dalam tim akan menimbulkan celah dalam karya. Dalam proses pembuatan film misalnya, seorang sutradara yang hebat tidak akan menghasilkan karya hebat jika tidak didukung kru yang hebat. Rekan kerja tidak harus menjadi teman curhat, yang terpenting adalah professional dalam kerja, dan tidak saling menjatuhkan.

Ketiga, perusahaan, adalah rumah, tempat kursus, dan periuk nasi bagi karyawannya. Menjadi rumah diwaktu kerja dengan fasilitas yang memadai dan nyaman. Menjadi tempat kursus gratis bagi karyawannya yang ingin berkembang, dengan menyediakan trainer dan gudang ilmu yang lengkap. Menjadi periuk nasi yang mencukupi standar karyawan dalam menghidupi keluarganya.

Perusahaan haruslah jujur pada karyawan. Jika ada bonus, maka bagilah dengan adil dan bijaksana, jangan membuat laporan palsu dengan mempertinggi target. Tapi jika merugi, sebisa mungkin tidak dengan menunda pembayaran gaji karyawan hehehe…

Keempat, diri sendiri, adalah yang terpenting. Sebaik apapun atasan, sesolid apapun rekan kerja dan sebesar apapun gaji dari perusahaan, jika memang dasarnya mblendezzz alias pemalas, tetap aja akan tanpa hasil. Diri sendiri adalah kunci keberhasilan. Jangan pernah menggantungkan hidupmu pada orang lain. Tidak ada dalam sejarah, seorang pengemis yang sukses menjadi hartawan. Sekali bermental pengemis, maka selamanya masa depannya akan suram.

Kebanggan diri adalah nilai tertinggi dari harga diri. Dimana kita tidak perlu menjual diri untuk mendapat pengakuan dari orang lain. Berlian tetap akan berkilau kendati tersaput lumpur. Dan tugas kita sebagai manusia adalah mengasah berlian agar tetap bersinar dan membersihkan noda kekurangan dengan air ilmu pengetahuan.

Dalam diri manusia ada otak yang menjadi “penerima sinyal” dari wujud alam semesta, otaklah yang merangkai susunan bintang di langit menjadi sebuah rasi sebagai penanda arah di kegelapan malam. Juga ada hati yang menjadi power bagi otak, yang mensuplai tenaga agar otak tetap bersemangat untuk terus berpikir dan berkarya.

Yap, Rasa bangga akan menghasilkan percaya diri, yang mampu menembus segala rintangan, yang membuka tabir kesulitan dengan menemukan ide-ide yang cemerlang.

Horeka, effort telah kembali…
Maka datanglah karya-karya nan brilian


Celesta, 22 Juli 2009

Dwi firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar