Membela yang ber-ma(Salah)

08.53 / Diposting oleh Phyrman /

Menonton hiruk pikuk informasi hari ini, ada satu berita yang menurut saya agak2 nyleneh dan lucu. Sebuah aksi demonstrasi di depan Mahkamah Konstitusi yang menuntut Mahfud MD, ketua MK mundur dari jabatannya karena dianggap mempermalukan dan mencemarkan institusi Polri dan Jaksa terkait pemutaran rekaman pembicaraan Anggodo kepada publik.

Entah kenapa, sekarang saya jadi suka me-logika-kan alasan narasumber berita yang seringkali gak nyambung dengan pemikiran saya. Pertanyaan sederhana atas berita demonstrasi diatas adalah “Kenapa pak Mahfud dituduh mempermalukan orang?”. Memangnya Pak Mahfud ngomong apa, kok dianggap mempermalukan?
Beliau kan hanya menunjukkan sebuah fakta, kenapa orang lain jadi malu.
Kalo tidak merasa bersalah kenapa harus malu dan merasa tercemar?
Kalo emang ada institusi lain merasa tercemar nama baiknya, kan bisa melaporkan secara hukum.
Trus kenapa orang-orang yang jelas-jelas bukan polisi atau jaksa yang berdemonstrasi? Wong, karyawan atau pejabat kedua institusi tersebut juga santai-santai saja kok..
Kenapa harus demo membela orang lain yang tidak minta dibela?
Ini kan aneh…

Opini, oh opini…
Sedemikian besar usaha orang untuk membentuk opini yang “berbeda” pada masyarakat.
Ketika khalayak mayoritas secara jujur berkumpul dan menyatukan hati untuk melawan ketidakadilan dengan membentuk komunitas secara natural. Misalnya; di dunia maya ada komunitas sejuta facebooker dukung Bibit dan Chandra, atau di dunia nyata ada komunitas artis, tokoh masyarakat, pelajar yang menolak kriminalisasi KPK.

Tiba-tiba muncul sekelompok minoritas orang yang “tampil beda” dan mendukung pihak lain yang bermasalah, ini tentu sangat mencurigakan.

Mereka, para demonstran ini biasanya tampil dengan nama organisasi baru yang tidak pernah terdengar aktifitas sebelumnya. Hadir dengan pimpinan atau juru kampanye baru yang juga tidak pernah tampak sebelumnya. Dan berorasi dengan nada keras dan profokatif tanpa ada data fakta yang jelas.

Sayang dalam berita itu, tidak ada reporter yang bertanya pada demonstran, apakah mereka sudah mendengarkan hasil rekaman tersebut. Soalnya bisa jadi mereka hanyalah orang2 suruhan yang sama sekali tidak tahu apa yang dibicarakan. Mereka bergerak karena uang, lalu membubarkan diri tanpa jejak. Strategi kick n run, biasanya dipakai intelejen hanya untuk mengacaukan konsentrasi musuh, guna membangun sebuah strategi pembentukan opini lain yang lebih kokoh.

Syukur, dalam hal ini media massa tidak terlalu terpancing untuk membesar2kan beritanya. Informasi hanya disajikan secara sekilas saja, bahkan kalo perlu, gak usah ditayangkan juga tidak akan menurunkan rating kok hehehe…

Tapi apakah demonstrasi seperti ini efektif untuk merubah opini masyarakat? Saya pikir tidak. Tindakan seperti ini justru membuat masyarakat semakin muak dan percaya, bahwa memang telah terjadi sebuah “tindak kejahatan” terselubung. Walau, mungkin ada juga sebagian khalayak yang “goyah” keyakinannya dan membenarkan aksi ini. Tapi saya yakin jumlahnya sangat kecil.

Yang seringkali saya bingung adalah kenapa ada orang2 yang mau berpanas2 ria untuk membela sesuatu yang salah yaa? Sesuatu yang mungkin para demonstran itu sendiri itu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka datang dengan wajah-wajah polos dan lugu, membawa spanduk dan bergandengan tangan, tanpa pernah memikirkan bahwa langkah mereka adalah sebuah “dukungan” terhadap para koruptor. Yang selama ini telah menyengsarakan diri mereka dan rakyat lainnya.

Ah, mungkin saya yang keterlaluan.
Karena bisa jadi kawan2 demonstran itu dapat uang yang cukup untuk makan beberapa hari ke depan. Sementara saudara2 lain yang berteriak anti korupsi, hanya berteriak-teriak meminta dukungan rakyat, tanpa pernah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada mereka hehehe…

Celesta, 9 November 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar