Dan Berkarya lah, Maka Dunia Akan Memelukmu...

11.12 / Diposting oleh Phyrman /

1
Sosok Ardiansyah menjadi titik balik bahwa Indonesia masih memiliki pahlawan-pahlawan yang mempunyai semangat besar mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Adalah seorang pegulat asal Kalimantan Timur yang baru pertama kali ikut dalam Sea Games, berangkat tanpa target apapun karena kondisi organ tubuh yang memiliki kekurangan yaitu hanya memiliki satu paru-paru. Ternyata mampu membuktikan bahwa ”semangat & kerja keras” mampu mengalahkan segala hambatan fisik. Pegulat kelahiran 19 September 1983 mampu menjawab kepercayaan sang pelatih dengan meraih medali emas di gaya Greco-Roman kelas 50 kilogram pada Sea Games Laos 2009.

”Begitu dinyatakan sebagai pemenang, Ardiansyah langsung jatuh tertelungkup ke matras gulat Booyong Gymnasium, Vientiane. Para pelatihnya segera berlari mendatanginya untuk memberikan pertolongan. Beberapa saat kemudian, ia pun sudah bisa duduk dan lalu berdiri. Sambil memegangi dadanya yang sakit, ia berusaha mengacungkan tinjunya sebagai selebrasi kemenangannya.” (Kompas, 16/12/09).

Semangat, belajar & kerja keras adalah kuncinya...




Ardiansyah mampu melupakan rasa sakit yang mungkin dialaminya saat sedang bertanding, dan melepaskannya usai menjadi juara. Kekurangan udara pernafasan yang dirasakannya diganti dengan ”oksigen semangat” yang tidak memerlukan paru-paru tambahan untuk memompa.

Kedua telinga nya yang juga mengalami gangguan pendengaran, ternyata tidak menghalangi untuk mendengarkan nasehat dan wejangan dari sang pelatih, sehingga semua pelajaran tentang teknik gulat mampu dipelajarinya dengan baik.

Ah, kita yang punya dua telinga normal malah seringkali berlagak tuli untuk mendengarkan kebaikan dari orang lain.

Kemenangan Ardiansyah didapat dari sebuah kerja keras selama bertahun-tahun, dan karya nya ditunjukkan dalam sebuah pertandingan yang mungkin hanya berjalan beberapa menit saja.

Fase inilah yang tidak dimiliki atlet indonesia lain, yaitu berlatih keras untuk meraih kemenangan. Selama ini mereka hanya memiliki hasrat besar untuk mencapai kemenangan secara instan tanpa mau berusaha. Contoh terbaru adalah Tim sepakbola U-23 yang dua tahun ”bersekolah” di Uruguay dan hasilnya adalah sebagai juru kunci babak penyisihan Sea Games tanpa pernah menang sekalipun. ”Sungguh memalukan” kata bang Rhoma Irama.


2
Ria Nurlaela Badaria, 25 tahun, adalah peraih Khatulistiwa Literacy Award 2009 untuk kategori Penulis Muda Berbakat, novel pertamanya bergenre metropop berjudul Fortunata, dianugerahi penghargaan bergengsi itu, mengungguli tujuh karya finalis lainnya.

Coba simak bagaimana cara dia berkarya:
Dia mulai menulis novelnya dengan tangan di kamarnya sejak 2006. Ketika tulisan tangannya sudah cukup panjang, dia pergi naik angkutan kota sejam perjalanan ke penyewaan komputer di kota Bogor untuk mengetik karyanya. "Kalau sudah di rental, bisa sampai seharian saya menulis," kata Ria.
Pengalaman kehilangan naskah pun dialaminya. Sepuluh bab pertama Fortunata, yang tersimpan di disket, hilang karena disket terjatuh dan rusak. "Terpaksa saya mengetik ulang," kata Ria, yang kadang meminjam laptop temannya untuk menulis novel. (Koran Tempo, 6/12/09).

Bagi para fesbuker yang tiap hari nongkrong di depan komputer pantas iri hati, karena keterbatasan fasilitas pendukung (komputer-red) ternyata tidak menghalangi Ria Nurlela untuk tetap berkarya. Sebuah novel yang ditulis tangan, karena tidak memiliki komputer.

Semangat Ria mungkin bisa disamakan dengan Pramoedya A. Toer atau Soekarno yang menulis buku dengan tangan dari dalam penjara pada jaman pra kemerdekaan atau awal-awal orde baru yang penuh intimidasi.

==

Ardiansyah dan Ria adalah gambaran semangat pantang menyerah yang sangat layak kita tiru. Keterbatasan fisik dan fasilitas tidak menghalangi untuk tetap berkarya. Karena hanya dengan ”karya” lah eksistensi kita sebagai manusia akan diakui oleh orang lain.

Penilaian terhadap hasil sebuah karya adalah obyektif. Namun sebenarnya ada yang lebih penting dari karya itu sendiri, yaitu bagaimana proses sebuah karya dihasilkan. Kisah proses ini seringkali mampu menginspirasi orang lain dan menjadikannya sebuah pelajaran berharga.

Dan dunia pun akan selalu mengapresiasi orang yang mau berkarya.

Celesta, 17 Desember 2009

http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar