Jangan Ada Sinis Diantara Kita

02.08 / Diposting oleh Phyrman /

Jumat pagi, 1 mei 2009, bertepatan hari buruh sedunia dan hari pertama berlaku efektif kabinet baru di Liputan 6. Ruang studio kami kehadiran narasumber dialog yaitu juru bicara kepresidenan untuk urusan luar negeri, Dino Patti Jalal, dengan tema dialog Penghargaan Majalah Time kepada presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di atas bumi ini. Sesuai dengan nomor keramatnya, kali ini SBY pun dapat peringkat ke 9, untuk kategori “Pemimpin dan Tokoh Revolusioner”, Time memilih 20 orang tokoh. Selain SBY, tokoh lain yang masuk kategori ini antara lain Edward Kennedy, Gordon Brown, Christine Lagarde, Thomas Dart, Avigdor Lieberman, Joaquin Guzman, Nouri al-Maliki, dan Hillary Clinton. Tentunya ini kabar ini juga menggembirakan bagi rakyat Indonesia, karena kualitas dan kapasitas presidennya ternyata diakui juga oleh negara lain.

SCTV mengangkat tema ini, tentunya terkait sempat munculnya rumor bahwa nama SBY sempat menghilang dari daftar 100 tokoh berpengaruh versi Time, padahal sebelumnya sudah diumumkan dalam sebuah konferensi pers. Bahkan Dino Patti Jalal pun sempat mengatakan, jika informasi yang dia dapat salah, maka akan mengundurkan diri.
Wuih, sikap yang sangat gentle menurut saya. Karena jarang ada pejabat di Indonesia yang berani bersikap seperti itu jika salah ucap. Biasanya mereka akan bilang “saya tidak pernah mengatakan seperti itu kok, wartawan aja yang salah menafsirkannya”, padahal jelas2 wartawan punya rekaman suaranya hehehe…
Ada, tiada dan kembali ada, syukurlah akhirnya Time jadi memasukkan SBY pada 100 tokoh paling berpengaruh, sehingga mas Dino pun batal mundur.

Dialog antara presenter David Silahoij dengan Dino Patti Jalal berlangsung datar saja, karena memang suasana yang terbangun pun santai dan gembira. Maklum masih dalam eforia kemenangan hehehe… Dalam diskusi itu ada satu pernyataan Mas Dino yang menurut saya agak menarik untuk dijadikan bahan renungan,” bahwa masyarakat kita cenderung sinis terhadap kesuksesan yang didapat oleh bangsanya sendiri, sehingga terkesan mengabaikan keberhasilan itu sendiri”.

Benarkah karakter kita, termasuk saya tentunya, seperti itu? Ketika bangsa lain memberi penghargaan, rakyat sendiri malah cenderung cuek dan meremehkan. Atau jangan2 kita termasuk karakter minder, sehingga lebih menghargai Obama yang berada nun jauh disana, daripada kesuksesan salahsatu warga negeri sendiri.

Arti sinis lebih berarah negative (ketidak sukaan seseorang akan sesuatu) dan biasanya seperti rasa sentimen,dan mengandung subjektifitas yang tinggi. Sinis juga berarti: bersifat mengejek atau memandang rendah; tidak melihat suatu kebaikan apa pun dan meragukan sifat baik yg ada pada sesuatu. Sinis adalah karakter yang iri, sehingga lebih bahagia jika melihat teman gagal daripada sukses, kebanggaan diri yang terlalu berlebihan, narsis, berpikir meremehkan orang lain dan menganggap rendah prestasi yang didapat teman lain, padahal belum tentu mampu melakukannya. Karakter seperti ini biasanya NATO alias No Action Talk Only.

Sinis ada disekitar kita. Di kantor, kita sering sinis pada atasan sampai owner, kita sering berpikir bahwa pekerjaan bos enak banget yaa, cuman duduk2 doang dapat gaji gede, padahal kita tidak melihat bagaimana perjuangan atasan kita untuk meraih posisinya tersebut. Atau sinis liat teman2 progsus SIGI yang tiap minggu dapat SPJ, tapi giliran kita disuruh investigasi kasus pembalakan hutan, kaki udah gemeter ketakutan hehehe… Atau sinis sama owner gara2 bonus gak keluar, tapi giliran kita dipersilahkan keluar dari perusahaan, kita langsung tertunduk diam.

Disekolah, kita liat rasa sinis dimulai dari usia muda, saat ada teman yang dapat nilai bagus, kita bilang dia nyontek, padahal kita sendiri yang udah nyontek dan dapat nilai jelek. Atau teman yang terpilih jadi ketua OSIS, trus dituduh gara2 sering carmuk ama guru. Atau ada teman2 yang sukses manggung teater, kita anggap orang yang aneh, sok seniman dan kurang kerjaan.

Banyak sekali ucapan / tindakan bernada sinis, yang bertujuan untuk mendiskreditkan prestasi orang lain, dengan tujuan agar kita dianggap hebat, padahal belum melakukan apa-apa. Sikap sinis kerapkali merusak suasana baik yang sudah terbangun, misalnya dalam diskusi yang hangat kita akan tergoda mencari kesalahan2 lawan debat yang bersifat pribadi daripada mengapresiasi pemikirannya. Atau dalam ruang demokrasi, parpol cenderung menyerang kehidupan tokoh dari pada program-program partainya.

Sinis bersifat lebih destruktif ketimbang konstruktif. Sinis akan menghasilkan manusia yang rela bertempur dan terluka, tanpa tahu tujuan pertempuran itu sendiri dan tanpa ada manfaat yang didapat.

Trus gimana cara menghilangkan sinis? Gampang kok, kuncinya cuman satu yaitu ikhlas.
Kalo dikantor, bekerjalah dengan ikhlas, jangan mengeluh.
Kalo disekolah, belajarlah dengan ikhlas, jangan menyontek.
Kalo diruang diskusi, berdebatlah dengan ikhlas, apresiasi pemikiran lawan.
Kalo dipolitik, bersainglah dengan ikhlas, adu program terbaik, kalah menang biasa.
Kalo dikehidupan dunia, jalanilah hidup dengan ikhlas, siapa tahu masuk surga hehehe…

Alangkah indahnya Indonesia, jika masyarakatnya bersikap anti sinis
Dikantor, kita mengagumi kinerja rekan seprofesi, sehingga terpacu memberi hasil lebih
Disekolah, kita terpesona melihat nilai ranking 1, sehingga terpola belajar lebih keras
Diruang diskusi, kita mengapresiasi pemikiran lawan, sehingga muncul ide yang brilian
Dipolitik, oposisi mempelajari program pemerintah, sehingga terpikir program efektif
Dikehidupan dunia, kita saling menyayangi, sehingga bisa saling berkolaborasi

Jangan ada sinis diantara kita…

Celesta, 1 Mei 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

0 komentar:

Posting Komentar