Pertanyaan Tentang Kompetensi Profesi

19.25 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Beberapa hari lalu, dalam perjalanan pulang dari bandung usai melayat sahabat kami yang meninggal karena kanker. saya dan beberapa teman semobil berdiskusi ringan tentang profesi, intinya kami pengin mencari gambaran yang lebih terbuka tentang penilaian perusahaan terhadap profesi kami dan apa yang harus kami lakukan agar profesi tersebut bisa lebih dihargai perusahaan.

Diskusi sepanjang jalan berlangsung hangat dan menarik, karena sebagai karyawan level bawah tentu saya ingin agar perusahaan menghargai setinggi2nya profesi tersebut yang diaktualisasikan dengan peningkatan sallary, tapi salah satu kawan yang kebetulan adalah atasan saya dengan bijak dan cukup cerdas mengatakan bahwa perusahaan pun punya penilaian tersendiri terhadap sebuah profesi, terkait dengan kontribusinya bagi perusahaan. Artinya sehebat apapun kemampuan seorang karyawan didalam profesinya, tetap tidak mungkin punya sallary lebih tinggi dibanding "profesi lain" yang dianggap lebih kompeten dan berkontribusi bagi perusahaan. Salahsatu cara agar karyawan tersebut bisa dihargai lebih adalah dengan cara mutasi ke "profesi lain" yang dianggap lebih kompeten itu.

Rasa penasaran membuat saya menyapa google untuk mencari tahu makna kompetensi, ada sebuah artikel menarik yang saya dapat:
"Secara general, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi.

Dalam sejumlah literatur, kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan orang lain. Contoh soft competency adalah: leadership, communication, interpersonal relation, dll.

Tipe kompetensi yang kedua sering disebut hard competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard competency adalah : electrical engineering, marketing research, financial analysis, manpower planning, dll.

Tahap yang paling kritikal, yakni tahap asesmen kompetensi untuk setiap individu karyawan dalam perusahaan itu. Tahap ini wajib dilakukan sebab setelah kita memiliki direktori kompetensi beserta dengan kebutuhan kompetensi per posisi, maka kita perlu mengetahui dimana level kompetensi para karyawan kita – dan dari sini juga kita bisa memahami gap antara level kompetensi yang dipersyaratkan dengan level yang dimiliki oleh karyawan saat ini."

(sumber: http://strategimanajemen.net)

Artikel yang cukup menjelaskan arti "kompetensi", namun saya masih bingung alasan bagaimana gap kompetensi antar departemen terjadi. Trus apa pembatasan konseptor dibanding teknisi/operator. Lalu apakah karyawan yang oleh perusahaan dianggap operator, tp punya kemampuan konseptor tidak bisa berkembang. Lalu apakah seorang operator yang multiskill, menguasai teknologi dan artistik, akan selalu dianggap lebih rendah dibanding konseptor. Kalau di luar negeri sebuah profesi dapat dihargai tinggi, kenapa di negeri kita kok nggak yaa... Dan banyak lagi pertanyaan yang berharap dapat dijelaskan hehehe... (btw, ada yang bisa menjelaskan???)

Menjelang pintu tol pondok gede, diskusi kami mencapai deadlock. semua kembali pada titik nadir, dimana kepasrahan dan rasa bersyukur adalah cara terbaik untuk berbahagia dan menikmati kerja.

terima kasih kawan2 atas diskusinya...

Sency, 30 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Kartini Internasional

08.11 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Hari kartini telah seminggu berlalu
Namun ingatanku masih saja tertawa, saat harus mengantar treeva berpartisipasi di fashion show yang diselenggarakan sekolahnya bekerjasama dengan sebuah pusat belanja.
Wuih, kehebohan dimulai sejak jam 6 pagi, karena harus mengantarnya berdandan dan berpakaian kebaya ala kartini dari Sulawesi Selatan. Kenapa adat sulsel warna kuning, ini tidak ada hubungannya dengan promosi wapres yang sedang bingung mencari cara jadi capres. Sungguh, tidak ada sedikitpun dana yang masuk ke kantongku hehehe. Semua hanya karena saat itu stok penyewaan baju yang tersisa hanya itu, laris juga nich hehehe…

1 jam ber make up ria, jadilah krucil kesayanganku kartini harapan bangsa ceileee…
Tapi dasar anak2, baru sampai rumah langsung ngambek, semua pernik2 yang dipakainya harus dilepas, ada kalung, anting, gelang etnis. Tampang2nya bakal berantakan semua nih, pikirku.

Tepat jam 8.30, kami bertiga, papa, mama n treeva berangkat ke sebuah mall di kawasan tangerang, tempat acara diadakan. Hah, ternyata ratusan orang sudah berjubel di foodcourt tersebut, kalo jumlah peserta 100 orang, berarti total yang hadir lebih dari 200 orang, crowded banget….

Acara pun dimulai, satu per satu peserta harus berlenggak-lenggok diatas panggung memamerkan kebolehannya, ada yang malu2 sehingga harus diantar bu guru, ada yang sok pede dan professional, tapi kalo treeva tampil dengan ciri khasnya, selalu cengengesan dimanapun berada, jadilah kontes cengar-cengir bagi dirinya. Ampuuun dech, udah capek2 dandan, kalah lagi hihihi…

Yang unik dari kontes itu adalah jenis pakaian yang dilombakan ada yang “tidak biasa”.
Hari kartini biasanya dijadikan sarana pengenalan budaya nusantara, sehingga anak2 akan mengenal keragaman etnis daerah dipelosok nusantara. Tapi diajang ini ada kartini internasional, peserta kontes ini memakai baju ala putri kerajaan shanghai, ada cowok berdandan ala koboi meksiko, ada yang berdandan jas formil ala bangsawan prancis, bahkan pemenangnya bergaya ala Antonio banderas di film desperado hahaha…

Kategori piala untuk kelas internasional ini yang menurut saya agak menggelikan, seolah2 anak TK yang masih lugu ini diajarkan untuk berkiblat pada budaya western, mereka diajak agar lebih mengenal budaya luar negeri dibanding budaya sendiri. Atau jangan-jangan ini salah satu cara untuk memikat orang tua agar kelak menyekolahkan anaknya di SD berstandar internasional, kebetulan dikawasan ini memang banyak sekolah seperti itu, ada SD Global Jaya, Montesorry, Candle Tree, atau SD islam terpadu (standar internasional) seperti Auliya, Annisa, Amelia yang uang pangkalnya minimal 2 digit.

Dan kayaknya emang orangtua muda jaman sekarang English minded, pokoknya sebuah sekolah dianggap bagus kalo dibrosur dan balihonya ada tulisan “sistem pengajaran bilingual”, tanpa kita tahu bagaimana kualitas para gurunya.

Semoga aja tidak ada konspirasi didalamnya (kayak politik aja) hehehe…

Sency, 27 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Sepenggal Lagu Tentang Sahabat

06.55 / Diposting oleh Phyrman / komentar (1)

*…
rintik hujan menetes ke bumi, menyinari senja ini
nur ilahi sadarkan sombongku, yang tlah lama hinggap dijiwaku
lelah kuberdiri, sejenak kutertegun
kusebut namaMU, yang sering terlupa

untaian kata syahdu milik grup rock era 90 an, power metal
kurasa cocok untuk melukiskan cerita tentang sahabatku
rekan seprofesi, teman diskusi, partner mengkritisi sang Ilahi
yang harus memenuhi undanganNYA mendokumentasikan surga

Jujur harus kuakui, dia adalah kamerawan yang berdedikasi
Gambarnya kuat dan mampu bercerita tanpa narasi
Semangatnya tinggi dan lebih mementingkan profesi dibanding famili
Telaten dan berani mengambil resiko demi sebuah komposisi

Logikanya cerdas dan cenderung keras kepala
Logika adalah satu-satunya cara menaklukan dia
Saking cintanya pada logika
Sampai-sampai Tuhan pun dia urai dengan logika

Lawan debat terkadang menganggapnya berlebihan
Karena sudut filsafat dipakainya memandang Arrahman
Katanya, bukankah otak manusia diciptakan untuk menganalogikan Tuhan
Itu hanyalah cara mengenalNYA, walau akibatnya ritual terlupakan

Periode kejayaan selalu menemui titik puncak
Namun sejarah tak akan pernah melupakan
Beragam karya menjadi bukti kehebatan
Dari potret yang melegenda sampai B file yang menantang

Sakit adalah titik balik manusia dibukakan kebenaran sejati
Selalu ada hikmah menuju kesempurnaan diri
Kecerdasan manusia ternyata tidak mampu mengobati
Sakit kemudian menjadi petunjuk untuk lebih dekat pada Ilahi

Dalam sebuah dialog kecil dengan sang istri yang selalu menjaga
Dirinya harus mengakui bahwa manusia itu lemah dan Tuhan Perkasa
Karena logika manusia tak mampu menjangkaunya
Dan peribadatan adalah cara untuk menebus dosa

*….
Kau yang Maha Mendengar
Ampunkan sombong dan khilaf kami

Selamat bertugas kawan,
Engkau harus mampu merekam surga dari sudut pandang indah
Agar manusia terinspirasi menyusulmu kesana
Tapi dari surga, engkau juga harus bisa merekam neraka secara apa adanya
Agar manusia takut untuk mendatanginya


Rest in Peace,
Adi Amir Zainun, News Cameraman SCTV
5 April 1979 – 26 April 2009

Celesta, 26 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Training Kamera Studio; 19-23/4/09

06.41 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

video signal
scaning line
interlace / progressive
wuiiiiiih, perubahan analog ke listrik yang memusingkan...

PAL, NTSC, HDTV
luminance
chrominance
vertical/horisontal sync
ah, sinyal-sinyal warna yang membingungkan...

production switcher
audio mixer
A/V routing switcher
video server
virtual set
intercom
arrrrggghhhh, pernik-pernik yang susah dihapal...

focus
zoom
iris
filter
3 ccd
dcp/dsp
shutter
modulation depth
nah, ini gw mulai ngerti...

sebelumnya aku hanya tahu
komposisi
angle
lampu
mic
hah, betapa bodoh diriku...

thanks buat para trainer yang punya memory seperti komputer
hapal detail istilah
paham alur proses
cerdas mengurai angka-angka

sency, 23 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Kisah Akhir Dua Nenek

06.02 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Alkisah, hiduplah dua orang nenek disebuah kota kecil berhawa sejuk, kota yang terletak tepat di kaki gunung yang indah. Sebut saja namanya adalah nenek Sobariyah dan nenek Qodariyah.

Di masa lalu, nenek Sobariyah adalah seorang wanita sabar, cerdas dan berpendidikan cukup tinggi. Seorang ibu yang rela berhenti bekerja, agar bisa mendidik anak-anaknya mandiri, mumpuni dan bersekolah tinggi. Ibu yang berambisi agar anak-anaknya kelak menjadi orang yang sukses dan mapan. SD standar internasional, SMP billingual, SMA swasta terbaik dan Universitas luar negeri adalah jalan menuju cita-citanya. Semua demi buah hati tercinta.

Sedangkan nenek Qodariyah hanyalah sosok wanita sederhana, dan rajin beribadah, ibu rumah tangga yang selalu mengajarkan anak-anaknya agar kelak bermanfaat bagi orang lain. Sejak kecil buah hatinya diajarkan untuk taat beragama dan berderma kepada sesamanya. Pendidikan pun cukup yang sederhana, agar bisa bergaul dengan semua kalangan, tanpa melupakan kalangan bawah.

Saat sang waktu beranjak senja, anak-anak nenek Sobariyah berhasil menjadi manusia yang diidam-idamkan sang ibu, secara materi mapan, karir sukses dan cukup terpandang. Buah cintanya kini menjadi orang kaya yang dihormati dan disegani. Si sulung telah menjadi direktur utama perusahaan ternama, si tengah menjadi dokter bedah hebat dan si bungsu menjadi bankir ulung.

Sementara anak-anak nenek Qodariyah kini bekerja sebagai tenaga pengajar sebuah sekolah dasar di pinggir kota tersebut. Mereka hidup sederhana sebagai guru, tidak kekurangan, namun tidak juga berkelebihan. Mereka memilih untuk mengabdi pada masyarakat, menularkan ilmu yang mereka miliki untuk kepentingan masyarakat luas.

Kala senja semakin pudar dan tenggelam, nenek Sobariyah tak mampu lagi melawan usia dan hilang pula kemampuan untuk mandiri. Dengan berat hati, dia harus meminta tolong anak-anaknya agar bersedia merawatnya. Pengobatan terbaik pun telah diberikan, namun fisik manusia tidaklah mampu melawan usia. Setiap minggu dia harus bergiliran pindah rumah anaknya, agar tidak merepotkan mereka. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Kesibukan sang anak yang tak terelakkan, membuat mereka berpikir untuk menitipkan sang ibu di panti sosial, agar ada perawat profesional yang mengurusnya, hartanya mencukupi untuk mendapatkan yang terbaik. Namun, kesepian, kesedihan dan kehilangan keluarga memperlemah kekuatan fisik dan pikirannya, sampai akhirnya sang Khalik memanggilnya dalam kesendirian.

Di usia senja, kala malaikat malam menyapa, nenek Qodariyah selalu berdoa di dalam shalatnya, agar dipanggil sang Khalik secara cepat, tanpa merepotkan anak-anaknya. Sering saat mendengar doa sang ibu, mereka menangis karena takut menjadi anak durhaka yang tidak bisa membahagiakan orang tua, karena secara materi tiada banyak yang bisa mereka berikan pada ibunda tercinta.
Dan suatu malam yang dingin, saat anak-anaknya berkumpul dirumah, Sang Pemilik Ruh, mengambil jiwa nenek Qodariyah dalam ketenangan, tanpa harus membuat sang anak kehilangan harta untuk merawatnya.

Nenek Sobariyah adalah wajah kehidupan kapitalis yang hanya mengajarkan anaknya cara mengejar materi, menikmatinya dan melupakan sisi kemanusiaan. Dia mungkin tidak merugikan orang lain, tapi juga tidak memberi manfaat. Harta memang bisa memberikan perawatan terbaik bagi sang nenek di panti sosial, namun jiwa kebersamaan yang diharapkannya ternyata telah hampa. Materialisme menjadikan manusia sebagai makhluk yang kehilangan rasa, individualis dan menjalani kesendirian.

Nenek Qodariyah adalah perlambang kehidupan sosial yang humanis, materi bukanlah tujuan utama, tapi yang terpenting adalah manfaat bagi orang lain. Sekecil apapun nilai manfaat itu, karena ikhlas yang menjadi pilarnya. Kesederhanaan membuat manusia teringat akan Sang Pengasih, sedangkan kebersamaan melebur sifat egois. Doa akhir sang nenek adalah perlambang kemandirian itu sendiri, karena disaat dirinya merasa kalah, dia tidak bersandar pada manusia lain, tapi pada Penciptanya.

Nenek Sobariyah adalah tradisi modern kota yang menyusup dan mengakar di alam bawah sadar kita
Nenek Qodariyah adalah tradisi komunal desa yang perlahan-lahan mulai lenyap...

Celesta, 22 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Putaran Roda Kerja

04.34 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Kalo kita tanya pada semua orang, perlukah jabatan presiden dibatasi hanya 2 periode saja, saya yakin akan muncul yang hampir seragam yaitu perlu. Dan setelah itu akan muncul beragam alasan yang mendukungnya. Misalnya
1. Untuk menghindari munculnya rezim dictator
2. Agar terjadi regenerasi kepemimpinan
3. Guna menyeimbangkan pembagian rejeki antara kroni dan oposisi
4. Biar orangnya gak itu-itu saja alias lo lagi lo lagi
5. dan lain sebagainya

Intinya hampir semua orang setuju, bahwa pembatasan masa kepemimpinan seseorang itu perlu bahkan sangat perlu. Trus kalo muncul pertanyaan, bagaimana jika kinerja sang presiden itu bagus, tidak korup, dan menyejahterakan rakyat? Perlukah kita mengamandemen UUD yang berlaku, tentu jawabanya berbeda, ada yang pro dan ada yang kontra. Tapi saya yakin secara akademis, mayoritas pengamat akan mengatakan, terlalu beresiko, kalo setiap kepemimpinan terjadi amandemen UUD, apalagi pemimpin yang tidak korup kan muncul tidak setiap periode, jadi secara matematis akan lebih banyak pemimpin korup dibanding yang gak korup. So, lebih baik biarkan saja ada UU pembatasan masa jabatan.

Bagaimana kalo didunia dunia kerja, perlukah terjadi pembatasan kepemimpinan seperti halnya presiden disebuah negara. Nah disini saya yakin jawaban bisa berbalik 180 derajat. Sebagian karyawan dan konsultan perusahaan mungkin akan menolaknya. Pihak yang menolak akan mengatakan bahwa dunia kerja adalah dunia professional sejati, murni berdasarkan kinerja, kemampuan individu karyawan, output pada perusahaan, absensi, manajerial dll, intinya dunia kerja tidak sama dengan dunia politik. Dunia kerja adalah DUNIA PROFESIONAL. Titik.

Secara teori mungkin benar, sepanjang pengetahuan saya tidak ada buku yang mengajarkan karyawan untuk berpolitik dalam pekerjaan, semuanya mengarahkan karyawan agar bekerja sebaik mungkin bagi perusahaan.

Tapi apakah anda setuju dengan pendapat saya, bahwa terkadang dalam dunia kerja pun terjadi intrik-intrik politik antar kubu. Mungkin dalam hati anda mengakui, walaupun tidak mungkin anda mengatakan bahwa anda berniat berpolitik dalam pekerjaan. Anda pasti akan tetap mengatakan bahwa anda adalah professional sejati, bukan politikus kerja.

Saya jadi teringat cerita saudara saya, yang kebetulan bekerja sebagai PNS disebuah departemen pemerintahan, sekitar 2 KM dari kantor saya di Sency, menurutnya dikantor tersebut sebagian karyawan terbelah dalam dua kubu besar, yang masing-masing kubu dikelola oleh alumni sebuah universitas negeri dikota Y versus universitas negeri dikota B. Kalo kebetulan secara politis yang diangkat pak menteri sebagai pimpinan adalah alumni dari universits Y, maka yang kan memegang jabatan strategis adalah rekan-rekan se-alumninya, demikian juga sebaliknya.

Trus bagaimana dengan karyawan lain yang bukan alumni dari kedua universitas tersebut, atau yang alumni tapi tidak berkubu? Sebagaian ikut bergabung pada salahsatu kubu, sebagian lagi menjadi oportunis bagi kedua kubu alias kutu loncat sana-sini dan sebagian lainnya tetap komitmen pada pekerjaan, siapapun pemimpinnya. Dan sebenarnya orang-orang yang berdedikasi tinggi tersebut lumayan banyak jumlahnya, walau tak kentara. Mungkin seperti golput, walau mayoritas jumlahnya, tapi tidak kelihatan wujudnya, karena tidak ada organisasinya. Kalo dalam putaran sebuah roda kerja, mereka lebih sering berada di bagian “ban dalam” sebuah roda, tidak tampak dari luar tapi ada. Padahal posisinya amat menentukan kenyamanan sang pengendara, coba anda bayangkan naik kendaraan dengan “ban dalam” yang minim angin atau bocor, pasti tidak nyaman bukan.

Tapi Tuhan tidak tidur,kata saudara saya yang kebetulan lebih memilih bersikap netral dan apa adanya itu. Setiap pergantian pemimpin, maka akan terjadi banyak orang yang terlempar dari lingkaran kekuasaannya tersebut. Kalo diibaratkan kekuasaan adalah sebuah “as roda”, maka posisi karyawan pada transisi kekuasaan sangat beragam. Ada yang terlempar dari pelek roda tapi masih nyantol di bagian “ban dalam”, ada yang terlempar agak jauh di bagian “ban luar” yang terinjak-injak dan terintimidasi, bahkan ada juga yang terlempar keluar dari lingkaran roda alias mutasi, pensiun dini atau mengundurkan diri. Ibarat menerjang tembok karet, semakit kuat menekan akan semakin jauh terlempar.

Mungkin anda akan berkomentar, wajar dong hal itu terjadi pada institusi pemerintahan, wong sistem kerjanya aja amburadul dan tidak professional. Jangan samakan dengan perusahaan swasta, pasti beda manajemennya, kalo menteri kan diangkat secara politis jadi wajar departemennya pun banyak “politisi kerja”, kalo swasta kan professional.

Tapi yakinkah anda bahwa perusahaan swasta pun 100% professional, saya kok tidak yakin yaa. Karena pemegang saham pasti punya kepentingan terhadap perusahaannya, dan dia akan memberikan jabatan strategis bagi pemimpin terbaik yang dipercayainya. Dan pemimpin tersebut pasti akan mengangkat manajer yang berada dikubunya, trus berlanjut seterusnya sampai level terbawah.

Nah, apakah anda yakin bahwa pengangkatan karyawan tersebut berdasar penilaian kinerja, kalo jawabannya iya, berarti pemimpin tersebut sangat professional dan cerdas.
Karakter ini akan melebur dinding perseteruan antar kubu dan mengubahnya menjadi persaingan antar individu yang fair play. Siapa hebat, dia yang akan dapat penghargaan.

Tapi ternyata tidak semua pemimpin punya kemampuan sehebat itu, sebagian lagi lebih memilih pendekatan personal terhadap orang-orang dekatnya, yang penting dia loyal, maka akan diberinya kenyamanan. Pada momen inilah akan muncul “politikus kerja”, yang tebar pesona sana sini, yang bergaya sok paling jago teknologi, dan kalo perlu dikit2 sikut kawan kanan kiri. Jika sang pemimpin tidak sadar akan hal ini dan terjebak pada bibir manis orang terdekatnya, maka kejatuhannya tinggal menunggu waktu. Kalo sang pemimpin jatuh, maka akan banyak korban pada lingkungan dekatnya. Dan roda kekuasaan pun kembali berputar.

Dunia bisnis memang tipis batasnya dengan dunia politis, di banyak perusahaan ternyata banyak pemimpin swasta yang terpaksa naik/turun karena alasan politis, misalnya dia sudah terlanjur dekat dengan parpol tertentu, sedangkan sang owner lebih condong partai yang lain. Ya maaf aja, ini dunia kerja, bukan ajang politik. Saya tidak berani membahasnya, takut ada yang mempolitisir hehehe…

Saya langsung teringat omongan kawan, yang kebetulan dapat nasihat bagus dari temannya yang “tidak bertuhan”, katanya, bekerjalah dengan hati, berdedikasi tinggi, mengembangkan kemampuan diri, dan membangun relasi. Sedangkan gaji hanyalah bagian kecil dari rejeki yang penuh misteri. Benar juga, kata orang-orang tua, rejeki itu sudah ada yang mengatur kok, kita hanya tinggal menjalaninya aja. Tapi mungkin teman kawanku itu lupa bahwa ada Yang Maha Pengatur dan Maha Misteri.

Dalam sebuah obrolan ringan, seorang kawan yang lain mengajak untuk bergabung dengan salahsatu "partai", katanya hanya dengan cara inilah kita bisa dapat adjusment gaji dalam waktu singkat, karena kalo hanya nunggu appraisal, kapan kita bisa kaya… upss, saya langsung bingung, kok dikantor ada yang kayak gitu yaa, perasaan selama ini baek2 aja dech, atau jangan2 gw yang gak gaul yaa? hehehe…

Ah, sementara ini aku jadi “ban dalam” saja dech…

Celesta, 18 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Me n Broken Wings

19.48 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Sebuah buku yang selalu menggodaku untuk membelinya
Disetiap periode hidupku dari kota ke kota
Buku itu berjudul Sayap-sayap patah
Mahakarya Sang Nabi Kahlil Gibran yang melegenda

Entah kenapa, aku selalu ingin membaca dan membaca lagi
Walau sudah hapal diluar kepala akhir tragis dari cerita ini
Tapi setiap kata per alinea serasa bermakna dan menyentuh hati
Dengan sayapnya menerbangkanku ke awan, lalu patah dan terjerembab ke bumi

Buku yang menjadi kitab suci bagi para pencinta sejati
Pencinta yang mendambakan kasih abadi
Kasih yang merasuk kedasar nurani hati
Nurani yang tersimpan sampai mati

Pertama kali aku mendapatkan buku itu kelas 2 MTs
Disebuah konter toko buku bekas belakang sriwedari solo
Seperti ada tangan gaib yang menuntunku
Menemukannya diantara tumpukan buku kumal

Saat awal membacanya, aku memandang kisah cinta itu abstrak
Tak dapat kupahami ceritanya
Karena dogma di pesantrenku jelas
Pria dan wanita bercinta haram dan dosa

Tapi aku suka sajak-sajaknya…

Kedua kali aku menemukan buku itu kelas 2 SMA
Di kota Purwokerto, tepatnya dipusat perbelanjaan Rita
Saat melihatnya tersusun rapi di rak, mataku terpana melihatnya
Bergerak aku ke kasir membayarnya

Buku itu mengajarkanku untuk berani menyapa cinta
hanya sekedar berangan dan mengenalnya saja
Tak berani aku mengatakannya
Karena aku sadar, sudah pasti akan ditolaknya
Kayaknya cinta memang mengenal kasta

Ah, sedemikian tinggi aku memandang cinta
Sampai hanya melihat senyumannya pun sudah bahagia
Seolah cinta itu milik malaikat
Tak mungkin dimiliki tapi membuat terpikat

Tapi syair-syair itu selalu membuai mimpi…

Ketiga kali aku mencarinya saat semester 2 kuliah
Aku sengaja membelinya di gramedia yogyakarta
Karena aku membutuhkannya
Untuk mencuplik puisi-puisi dan mengirimkannya

Keindahan sastranya membuatku merasa dewasa
Untuk merayu dan mengejar cinta
Membuat dirinya terharu dan luluh lantak dibuatnya
Namun ada dinding yang menghalangi kita

* ……
karena beda antara kita memupusnya
terharu aku, lepaskanlah seluruh hidupku
waktu pun berlalu
kau akan pahami…..

Alunan lirik Kla terdengar lirih menyapa
Saat membaca sayap-sayap patah ditemani segelas vodka
Membawa jiwaku melantun bersamanya
Ah, kenapa harus ada agama yang memisahkan cinta

Tapi kisah kasih itu selalu menyentuhku….

Keempat kali aku mendapatkannya di kwitang jakarta
Hanya sekedar untuk koleksi saja
Siapa tahu kelak aku kangen membacanya

Setelah berkeluarga
Ternyata cinta menjadi sangat sederhana
Saat mengharap cinta yang penuh canda
Dia dan kembaran kecilnya datang dengan penuh tawa

Saat bermimpi cinta yang penuh rasa
Kita tinggal meminta dan menikmatinya
Saat berkhayal cinta yang abadi
Kita tinggal menata hati dan menjaganya sampai mati

Ah, kini aku jadi takut membacanya
Takut kalo sayap cintaku menjadi patah karenanya….


Celesta, 14 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Mempercepat Kematian VS Memperlambat Kehidupan

23.54 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Aku bukan ahli bahasa
Entahlahlah, kalimat mana yang benar
Mempercepat kematian atau mempercepat kehidupan?
Mempercepat kematian artinya membuat kematian itu datang lebih cepat dari seharusnya
Mempercepat kehidupan juga berarti membuat hidup itu lebih cepat, sehingga umurnya pendek
Kalo begitu, kematian = kehidupan?
Ah, entahlah…

Aku hanya ingin berbagi cerita tentang sesuatu, yang mungkin takkan kulupakan seumur hidupku

===========////============

Jelang natal beberapa tahun silam
Suatu sore di jalanan jakarta
Dering telepon masuk, “102?”
Kujawab, “ blok medan”.
Terdengar suara “ bisa meluncur, ada 810”
Dengan antusias kujawab “ok 86!”

Pondok indah saat itu belum ada jalan under pass
Masih tersisa taman hijau ditengah jalan, didepan mall
Hampir 2 jam kami menunggu dipinggir jalan
Tepat jam 8 malam, sebuah kijang polos datang

Beberapa pria turun dengan menggelandang 2 anggota kapak merah
Dari wajahnya, tampak keduanya masih sangat muda, mungkin sekitar 20 tahunan
Ada rona ketakutan, sedikit kecemasan, dan kepasrahan akan nasib mereka
Yah, mungkin mereka sudah sangat menyadari resiko dari tindakannya sendiri
Tertangkap berarti kekalahan, yang bisa jadi tidak pernah mereka bayangkan akibatnya

Dengan santai mereka beriringan berjalan ke arah taman diantara dua jalan
Kami pun segera turun dari mobil dan bergerak mengikuti mereka
Setelah ngobrol sejenak, kami pun menyepakati sebuah skenario
Yah, sebuah skenario yang tidak pernah diceritakan naskahnya pada para aktor antagonis
Sebuah skenario yang membuat ketakutan terbesar manusia menjadi sangat nyata
Skenario itu bernama kematian….

Perlahan kami mundur sejenak, beberapa meter dari para aktor laga yang telah bersiap
Sang antagonis mungkin mulai menyadari apa yang akan terjadi
Namun terlambat, Dor! Dor! Dor…
Terdengar beberapa letusan kecil dari ujung revolver
Tidak terlalu keras, namun cukup membuat kaget sopir-sopir yang sedang terjebak kemacatan jalanan

Beberapa butir peluru menembus jantung keduanya
Perlahan tapi pasti, tubuh kedua manusia itu terkulai
Terdengar rintihan lirih dari keduanya
Tiada teriakan amarah, hanya rintihan kesakitan, yang mungkin belum pernah mereka rasakan sebelumnya
Mata mereka pun meredup, nafas tersengal dan dalam hitungan menit nyawa meregang
Begitu cepat semuanya terjadi

Hatiku bergetar hebat, inilah pengalaman pertamaku menyaksikan proses kematian
Kulirik partner kerjaku, ternyata sama
Tiada henti bibirnya meyebut nama Tuhan
Apalagi malam ini adalah malam yang suci baginya

Kukuatkan hatiku, dan kuucap nama Tuhanku
Tuhan yang berbeda nama dengan Tuhan partnerku, tapi intinya sama…
Aku harus tetap tampil tegar dan berani
Agar tidak dianggap pengecut dan gagal mendapat berita eksklusif

It’s show time…
Aku mundur beberapa puluh meter, kunyalakan tombol kamera dan saklar lampu
Sambil berlari, kurekam situasi di lapangan agar tampak seolah nyata
Suara letusan pistol kosong kembali terdengar, sebagai pengisi atmosfer suara

Ah, besok akan muncul berita
2 tersangka pelaku perampokan jalanan yang paling ditakuti warga Jakarta
Anggota gang kapak merah yang terkenal sadis dan kejam terhadap korban
Mati ditembus timah panas, karena melawan dan melarikan diri

Aku bukanlah ahli hukum
Yang membahas sisi keadilan untuk keduanya
Karena menurut UU di negeriku
Hanya mahkamah agung dan hakim dibawahnya yang berhak membuat vonis

Aku juga bukan aktivis LSM
Yang akan mempertanyakan pelanggaran hak asasi didalamnya
Toh, berita yang keluar sangat jelas
Bahwa tindakan itu sudah sesuai prosedur yang berlaku
Ada tembakan peringatan keatas 3 kali sebelum eksekusi

Masyarakat yang pernah menjadi korban kapak merah
Mungkin akan puas atas kejadian ini dan memuji tindakan heroik atasnya
Bersyukur karena jumlah penjahat berkurang dinegeri ini
Dan merindukan masa-masa keemasan tanpa penjahat
Seperti era petrus atau penembakan misterius di zaman orde baru

Tapi warga yang sok kritis, akan mencoba bertanya (pada diri sendiri)
Tiadakah keluarga kedua penjahat itu?
Apakah sebelumnya sudah diberitahu?
Apakah benar tindak kejahatan keduanya sebanding dengan hukumannya?
Bukankah anggota kapak merah itu banyak, benarkah keduanya adalah pelaku semua tindak kejahatan tersebut?

Aku juga bukan ahli agama
Yang punya kemampuan mengetahui, dimanakah posisi keduanya saat ini
Surga atau neraka
Aku hanya percaya pada kitab suciku, bahwa kulli ruuhi min amri robbi
Semua urusan tentang ruh adalah hak prerogatif Tuhan

Ah, entahlah…

*untuk program BUSER yang hampir mendekati ajal hehehe

===========////============

Memperlambat kematian atau memperlambat kehidupan?
Entahlah, kalimat mana yang paling cocok
Untuk menggambarkan perjuangan dan ketabahan 2 wanita, ibu dan anak
Dalam memperpanjang umur anggota keluarganya, suami sekaligus menantu
Menyembuhkan penyakit menurut versi medis manusia

Karena takdir itu pasti, dan kematian akan terjadi
Tapi masih ada orang yang berjiwa besar dan menolong orang lain
Tanpa pernah berpikir bahwa mereka akan kalah dan menyerah
Tanpa pernah merasa lelah

Peristiwa ini masih berlangsung hingga saat ini
Pada kawanku yang sedang berjuang melawan dua penyakit paling mematikan di dunia
Perpaduan kanker dan tumor dalam satu tubuh
Benalu paling jahat yang menghisap sari makanan yang dibutuhkan manusia untuk hidup

Berawal dari diagnosa dokter yang mengharuskan operasi usus buntu 1,5 tahun silam
Tindakan operasi membuat kawanku harus beristirahat total selama beberapa bulan
Dan kedua wanita ini, sang istri dan ibu mertua pun rajin bergantian menemani
Baik selama opname di rumah sakit maupun bed rest di rumah

Bulan oktober 2008,
Rasa sakit di lambung kiri bekas operasi ditubuh kawanku, bergeser ke sebelah kanan
Tepatnya di usus besar atau colon
Diagnosa dokter; ada tumor besar tumbuh didalamya
Tindakan pengangkatan pun harus dilakukan kembali

Kembali dua wanita istimewa tadi harus berjibaku
Bergantian menginap di lantai kamar rumah sakit dengan beralas kasur tipis dan selimut
Karena asuransi hanya mengklaim untuk kelas III saja
Saran dokter untuk kemoterapi terpaksa ditolak
Karena harga yang teramat tinggi, dan tiadanya jaminan keselamatan

Berbagai pengobatan alternatif pun dicoba
Dari sinshe cina, ramuan tradisional di sukabumi, sampai orang pintar diluar kota pun didatangi
Semuanya demi kesembuhan orang yang dicintainya

Awal februari 2009
Namun, perjuangan itu belum berakhir
Rasa sakit yang tiada henti mendera pasien
Dan penurunan berat badan yang sangat drastis
Membuat kawanku harus kembali menjalani perawatan rumah sakit

Entah kenapa aku terpaku pada sosok wanita setengah baya disamping kawanku,
Mata yang tampak lelah dan tubuh yang agak lunglai karena kurang tidur
Tidak membuatnya berhenti tersenyum
Saat aku dan beberapa temanku membantu mengantarkan kawanku ke rumah sakit
Wanita itu masih bisa tersenyum, ada rasa welas asih yang besar terpancar dari wajahnya
Ah, wanita yang hebat ; tetap tegar dan penuh semangat

Ada muncul rasa miris di hatinya,
Karena dia hanyalah keluarga besan
Bukankah seharusnya keluarga kandung yang lebih bertanggung jawab
Tapi kenapa hingga detik ini, tiada satupun yang datang
Jangankan untuk merawat, bezuk pun jarang

Aku sendiri tidak mampu membayangkan bagaimana perasaan kedua wanita tersebut
Setelah dokter mendiagnosa lagi,
Bahwa kanker ditubuh kawanku sudah mengakar dibeberapa bagian
Dan tumor muncul lagi dengan 1 ukuran besar dan 3 ukuran kecil
Dua tindakan medis dilakukan dalam 2 minggu di sebuah RS daerah kelapa gading
Ta Ci untuk mematikan pembuluh darah yang menyuplai kanker
Dan Cryo untuk membekukan 3 tumor kecil
Sedangkan untuk tumor besar ? ternyata dokter belum berani melakukan tindakan apapun

Beberapa hari lalu, aku dapat forward sms dari temanku
Isinya “permintaan maaf dari kawanku yang sakit, agar dimaafkan segala kesalahannya”
Semoga ini bukan pertanda apa-apa
Aku masih ingin melihat ibu yang baik itu berjuang sampai cita-citanya tercapai
Yaitu kesembuhan sang menantu kesayangan

Saat ini, ibu yang baik itu pasti sedang meramu obat tradisional daun tikus keladi
Yang berkhasiat mematikan sel kanker, untuk diminumkan ke kawanku 3 kali sehari
Mencuci dan membersihkan kulit buah-buahan, lalu memblendernya dan membuat jus
Karena kata para ahli, hanya jus buah yang sarinya tidak dihisap sel kanker

Ibu yang baik itu ibarat malaikat suci bagi kawanku
Kalo malaikat tuhan bertugas mencatat amal baik dan buruk
Maka ibu yang baik itu mencatat data medis baik dan buruk
Setiap hari sampai tiba waktu datangnya kesembuhan

Yah, Wanita yang berani melawan takdir manusia
Karena takdir Tuhan, tiada satupun yang tahu akhirnya

*untuk adi amir, semoga Tuhan memberi kesembuhan yang terbaik untukmu
untuk ibu yang baik, keikhlasanmu menginspirasiku

============///=============
Ternyata,
Mempercepat kematian/kehidupan amatlah mudah
Hanya butuh waktu dalam hitungan menit atau bahkan detik
Cukup dengan sebutir peluru atau tusukan maut ala Ryan sang penjagal
Atau meledakkan diri ala bom kuningan atau membiarkan jebol tanggul situ gintung
Akan mengantarkan kehidupan manusia lain pada keabadian

Sedangkan memperlambat kematian/kehidupan sangatlah sulit
Butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
Hanya sekedar untuk mengembalikan pada kehidupan normal seperti sebelumnya
Di alam yang fana ini

Ah, entahlah…
Mungkin yang terbaik dan termudah adalah
Bersyukur atas nikmat yang ada dan menjalani hidup seperti air mengalir
Tanpa beban, tanpa rasa takut, dan tanpa banyak berpikir


Celesta, 10 April 2009

Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Intropeksi Diri: Rep vs Cam

23.53 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

tadi terjadi diskusi kecil antar beberapa teman kamerawan
sebagian mengeluh, kenapa kamerawan selalu menjadi nomor dua
selalu dianggap hanya sebagai tim support dalam pembuatan berita
dan selalu, selalu, selalu (minder hehehe...)

beberapa waktu lalu, seorang teman reporter juga curhat
asyik yaa jadi kamerawan, setelah pulang liputan bisa langsung pulang
gak perlu ngetik naskah, gak perlu dubbing
dan gak perlu, gak perlu lainnya hehehe...

padahal saat liputan dilapangan
keduanya adalah tim yang kompak
saat reporter mencari data dan narasumber, kamerawan mengambil stok shot gambar
saat reporter stand up, kamerawanlah yang menentukan komposisi angle yang cocok

reporter bisa nulis naskah, stand up dan menganalisa berbagai angle berita
kamerawan bisa shoting, editing, streaming, dan berbagai kemampuan teknis kamera
reporter bisa memelihara hubungan baik dengan narasumber
nah, inilah yang menjadi titik lemah kamerawan

selama ini kamerawan cenderung cuek dalam membina jaringan sosial dengan narasumber
saat liputan, kamerawan sibuk set up sequence gambar, sehingga lupa mencatat no hp nya
terkadang kita lupa, bahwa kamerawan adalah wartawan
dan kekuatan wartawan adalah akses yang cepat ke narasumber

karena semua berita, baik itu peristiwa atau isyu
pasti ada sumbernya, yaitu si narasumber tadi
narasumber bisa siapa aja; pejabat, polisi, tokoh masyarakat, rakyat kecil dll
so, jangan remehkan hubungan baik ini

trus apa lagi yaa?
oh iya, reporter biasanya memiliki kemampuan bahasa asing yang bagus
ini juga jadi titik lemahku dan sebagian teman2ku, yang berprofesi kamerawan
kemampuan bahasa inggrisku pasif, sementara teman2 reporter malah kursus mandarin, prancis dll

ah, ada satu lagi yang mengganjal, kalo yang ini menyangkut sistem liputan
kalo reporter punya spesialisasi bidang, semacam redaktur kalo di media cetak
ada reporter sosmas, politik, eksbis, olahraga, hukrim dll
tapi gak ada kamerawan sosmas, politik, ekbis, olahraga, hukrim dll
otak manusia kan terbatas, gak mungkin menguasai semua bidang

semoga kedepan kamerawan juga punya desk atau spesialisasi bidang
biar bisa fokus belajar,minimal paham isyu berita dan hubungan baik dengan narasumber
tinggal memperdalam kemampuan bahasa dan teknis aja kok
kalo skill nya udah tinggi kan bisa pindah ke TV asing hehehe...


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Pak Endon dan Tragedi Situ Gintung

23.51 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Pagi beranjak siang, saat tubuhku mulai rebah diatas kasur
dan mataku perlahan-lahan mulai meredup, setelah semalaman nongkrongin studio shift malam n' online FB
tiba-tiba HP ku berdering, sambil setengah sadar kudengar suara
"ayang, coba nonton TV dech, breaking news tanggul situ gintung jebol, kampus kita kebanjiran."

segera kuraih remote tv di kamar, dan kunyalakan channel salah satu TV berita
wow, ternyata 625 juta liter air dari situ gintung tumpah ke rumah-rumah penduduk di bawahnya
data depkes terakhir sekitar 58 orang tewas dan mungkin akan bertambah
ratusan rumah hancur terendam air bah yang mengalir tanpa kendali
kampus tempatku menimba ilmu satu tahun terakhir terkena air setinggi 2 meter

rasa kantukku langsung hilang
kuikuti terus gambar2 eksklusif yang menayangkan karya video amatir
ada rumah mewah yang roboh terkena longsor
ada gambar masjid yang perlahan-lahan mulai runtuh diterjang banjir
ada sosok bapak yang dengan berani menerjang air sambil menggendong mayat,
yang bisa jadi adalah anaknya

ntah kenapa, aku langsung teringat pak endon
seorang satpam tua yang sering menemaniku di parkir motor
saat aku menunggu istriku keluar dari ruang kuliahnya di MIKOM UMJ
yaaa, satpam tua warga asli betawi yang tinggal di kelurahan poncol
mungkin sejak setengah abad silam

beberapa bulan silam,
sambil nangkring diatas motor dan menatap pembangunan asrama mahasiswa UMJ
aku pernah bertanya pada pak endon, kenapa kampus UMJ letaknya di ceruk bukit
seperti cekungan mangkuk diantara jalan ciputan raya dan kampung tinggi disamping kampus
kata pak endon, sebenarnya dulu tanah komplek UMJ sejajar dengan jalan ciputat raya
tidak curam seperti jurang saat ini
tapi sejak tahun 1974, sebelum kampus ini didirikan
tanah yang sekarang menjadi lokasi kampus, dikeruk untuk menutup rawa-rawa
yang akan dijadikan perumahan elit kelapa gading
begitu banyaknya tanah yang dikeruk dan diambil,
sehingga area yang dulunya bahkan lebih tinggi dari jalan raya, sekarang seperti jurang curam

mungkin inilah balasan atas sebuah ketamakan manusia
yang tidak memperdulikan kontruksi bumi dan lingkungan hidupnya
pengerukan tanah lebih dari 30 tahun silam berakibat tragedi kemanusiaan di situ gintung
ternyata kemarahan alam dibalasnya pada anak cucu kita
kakek nenek yang dulunya menjual tanah, ditebus dengan nyawa sang anak dan cucu

ehm, hingga aku menulis kisah ini
aku belum mendengar kabar tentang pak endon
kelurahan poncol tempat tinggalnya luluh lantak diterjang air
semoga dikau dan keluargamu selamat, sahabat tuaku
insya allah, aku besok akan mencari kabar tentangmu


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Allah marah pada pembohong

23.50 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

suatu sore dua hari lalu
Malaikat kecilku mengayuh sepeda merah kesayangannya masuk ke halaman rumah
dan langsung cerita;

Treeva: Papa, aku lagi bingung nich. Aku pengin main sama Oliv, tapi aku dilarang ama Alif, karena Alif musuhan sama Oliv. Trus aku disuruh milih, main sama Oliv atau Alif. Padahal aku mau main ama dua-duanya. Jadi aku harus gimana dong?

Papa: kan bisa bilang sama Alif, kalo treeva gak mau milih2 teman, semuanya sama dan semuanya baik.

Treeva: Tapi Alifnya nggak mau, dia maunya aku harus milih salah satu.

Papa: Ya udah, kalo lagi main ama Alif, jangan bilang kalo kamu juga sering main sama Oliv. Trus kalo lagi main ama Olif, bilang aja udah gak main sama Alif. Padahal Treeva masih main ama keduanya.

Treeva: Berarti aku harus bohong dong. Aku nggak mau bohong, nanti aku dimarahin Allah (sambil menahan rintik air mata).

Papa: Mode on "tertegun dan bingung", ya udah sekarang treeva main ama papa aja dirumah dech. ntar kalo Alif & Oliv udah gak musuhan, baru main lagi ama mereka.

============================

Dalam wikipedia, Bohong adalah pernyataan yang salah dibuat oleh seseorang dengan tujuan pendengar percaya. Orang yang berbicara bohong dan terutama orang yang mempunyai kebiasaan berbohong disebut pembohong.

Saya jadi teringat curhat seorang teman, yang bekerja di sebuah perusahaan bidang komunikasi. Sohibku ini crita, kalo dikantornya ada atasan yang membuat "penilaian bohong" dalam appraisal akhir tahun, sehingga merugikan anak buahnya yang sudah bekerja keras.

Ceritanya begini, ada kawannya yang kebetulan memang berkualitas, 3 tahun berturut2 menjadi karyawan terbaik, dan pekerja keras. Tapi ternyata gajinya kalah besar dibanding karyawan lain yang kebetulan lebih cantik, walau tidak lebih pintar dari dirinya. Usut punya usut, ternyata si cantik ini punya kedekatan personal dengan atasannya.

Nah, untuk menaikkan sallary nya, si bos kecil ini melakukan serangkaian "kebohongan" kepada atasannya lagi, dengan mengatakan bahwa si cantik sangat berkualitas, menguasai teknologi yang mumpuni, mampu membuat program yang brilian etc. sehingga layak untuk dapat "adjustment" atau penghargaan lebih dari perusahaan. Si Bos besar yang tidak tahu banyak soal teknis pun, akhirnya percaya saja dan menyetujui "proposal fiktif" si atasan tadi. Dan membuat memo kenaikan gaji tambahan untuk si cantik.

Karyawan lain, terutama kawan saya yang merasa kecewa atas kebijakan itu, akhirnya hanya bisa gigit jari, karena merasa kerja kerasnya selama ini ternyata kalah oleh sebuah "proposal fiktif" alias bohong.
Kebohongan seperti ini tidak bersifat personal, tapi tersistem dan terkadang berjamaah

================================
Kebohongan ternyata sudah merasuk diberbagai bidang kehidupan, seolah menjadi hal biasa
di politik, ada kampanye caleg yang banyak mengumbar janji, tanpa tahu cara menepatinya
di medis, banyak dokter yang menakut2i pasien soal penyakit, agar bersedia membayar mahal
di teknologi, ada ilmuwan yang mempromosikan teknologinya, lebih hebat dari aslinya
di iklan, banyak produsen makanan yang tidak mencantumkan efek negatif dari bahan bakunya

Kebohongan, apapun bentuknya bisa sangat menyesatkan
Walau mungkin ada juga kebohongan untuk tujuan kebaikan
Suatu kebohongan biasanya akan menciptakan kebohongan yang lain
Sehingga hidupnya menjadi gelisah, karena tidak menjadi dirinya sendiri

Mungkin ada benarnya juga pendapat Treeva ; Aku nggak mau bohong, karena Allah akan marah padaku


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Kekerasan Dalam Media

23.49 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Kekerasan yang sangat digemari di Indonesia adalah kekerasan pada berita-berita kriminal, kekerasan ini biasa disebut sebagai “kekerasan dokumen”, yaitu penayangan gambar kekerasan yang dipahami pemirsa sebagai dokumentasi atau rekaman fakta kekerasan. Penggambarannya bisa melalui tindakan (pembunuhan, pertengkaran, perkelahian,kerusuhan dan tembakan), atau situasi (konflik, luka, tangisan) dimana emosi yang terungkap menggambarkan perasaan yang terdalam.

Contoh lain dari kekerasan dokumen adalah “peradilan melalui media”, dimana media sudah memberitakan hukuman bahkan sebelum tersangka dinyatakan bersalah. Mereka dicurigai bisa diberitakan seakan-akan sudah menjadi terdakwa yang bersalah. Media seakan tidak puas hanya melaporkan proses peradilan, lalu menempatkan diri sebagai penyidik atau jaksa penuntut. Para wartawan pun mengadopsi cara kerja polisi atau jaksa, sabar mendetail dan ulet (A. Civard Racinais, 2003). Bahkan saksi penting sudah lebih dulu diwawancarai wartawan, sebelum dimintai keterangan atau kesaksian oleh polisi atau jaksa. Dalam hal ini wartawan sering melanggar asas praduga tidak bersalah. Akibatnya, seringkali seorang tersangka salah tangkap menjadi korban pemberitaan wartawan, dan gagal mendapat rehabilitasi dari media, karena ditinggalkan begitu saja. Reputasi seseorang bisa hancur hanya karena kesimpulan keliru dari pemberitaan, bahkan terkadang koreksi atas pemberitaan itu tidak sebanding, karena hanya diberi ruang yang sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.

Satu contoh pemberitaan yang sangat menghancurkan reputasi seseorang adalah penayangan penggrebekan hotel mesum atau tempat prostitusi, tanpa menyamarkan gambar pelaku. UU pidana di Indonesia, hanya menghukumnya sebagai tindak pidana ringan, yaitu mengganggu ketertiban umum, sedangkan pasal-pasal yang terkait, misalnya kasus perselingkuhan merupakan kasus delik aduan, artinya seorang pelaku perzinahan hanya bisa dihukum jika ada tuntutan dari pasangan resmi. Prinsip efek jera menjadi tidak sebanding dengan hancurnya masa depan si pelaku. Contoh kasus banyak pelajar, mahasiswa/i yang dikeluarkan dari sekolahnya karena dianggap mencemarkan nama baik sekolah. Demikian juga dosa sosial, berupa caci maki dari masyarakat, bahkan hingga pengusiran dari lingkungan tempat tinggal.

Bahaya kekerasan dalam media
Berdasarkan hasil riset American psychological Association pada tahun 1995, ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian serius terkait dampak kekerasan dalam media yaitu;
1. Mempresentasikan program kekerasan meningkatkan perilaku agresif
2. Memperlihatkan secara berulang tayangan kekerasan dapat menyebabkan ketidakpekaan terhadap kekerasan dan penderitaan korban.
3. Tayangan kekerasan dapat meningkatkan rasa takut sehingga akan menciptakan representasi dalam diri pemirsa, betapa bahayanya dunia.

Sophie Jehel menerangkan bahwa kekerasan dalam media sangat berpengaruh pada psikologi anak. Menurutnya, anak membutuhkan rasa aman supaya bisa menemukan tempatnya pada masyarakat. Konfrontasi dengan kekerasan dalam media merupakan penderitaan. Meskipun ada ekspresi senang, puas atau tertarik pada kekerasan, sering tanpa disadari, anak sebetulnya bergulat pada suatu perjuangan, kegelisahan dan berakibat pada munculnya rasa stress. Dampaknya energi anak akan tersita untuk mempertahankan diri dari rasa gelisah dan stress itu, sehingga kehilangan energi untuk membangun identitas secara positif. Penayangan kekerasan ini juga akan mengubah persepsi anak tentang dunia.

Mungkin ada benarnya juga, program berita “BUSER” tayang dini hari hehehe…

Referensi :
Etika Komunikasi; Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi, Dr. Haryatmoko, Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 2007.


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Maaf yaa, Makasih Udah dimaafin…

23.46 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Maaf yaa, Makasih Udah dimaafin…
Kata-kata itu yang selalu muncul dari bibir mungil treeva, malaikat kecilku
Setiap kali dia merasa bersalah atau melakukan pelanggaran kecil terhadap aturan rumah
Lima kata yang karena seringnya diucapkan, sampai aku hapal dan tersenyum sendiri kalo mengingatnya
Dan untaian kata indah itulah yang selalu menghalangiku untuk memarahinya atau pun sekedar menasehatinya

Maaf menurut kamus Bahasa Indonesia, berarti permintaan ampun.
Ampun atas apa? Tentunya atas segala sesuatu yang salah yang pernah kita lakukan, baik disengaja atau tidak..
Maaf itu menenangkan, karena menghapuskan rasa bersalah kita pada orang lain
Maaf itu persahabatan, karena wajah cemberut dari “korban” akan berganti senyum

Maaf adalah hal yang besar dalam nilai moral seseorang.
Kenapa? Karena maaf menunjukkan karakter “siapa kita sebenarnya”
Kalau kita berani meminta maaf atas kesalahan, itu artinya “gentle”
Dan orang yang menjadi korban kita pun kan mengaguminya, ya mengagumi keberanian kita meminta maaf, mengagumi kecerdasan kita menetralisir keadaan dan mengagumi kita yang membuka pintu persahabatan

Maaf juga berarti rendah hati
Karena menyadari kesalahan dan mau intropeksi diri
Karena tidak sombong memuja diri, sebagai manusia yang sempurna dan tidak pernah salah.

Namun ada hal yang lebih susah dari meminta maaf
Yaitu ikhlas memaafkan orang lain yang bersalah terhadap kita
Padahal nilai ini lebih tinggi dibanding meminta maaf
Karena kita yang menjadi korban, kita yang dirugikan oleh orang lain
Seringkali mulut kita mencoba tersenyum, sekedar untuk menghargai teman kita yang meminta maaf
Padahal dalam hati, kita masih menyimpan rasa dongkol dan dendam

Namun itulah manusia
Kalo kita menjadi pemenang, akan mudah berempati pada korban
Tapi kalo menjadi korban, sangat susah membuka hati untuk sekedar berempati dan ikhlas

Aku sudah memaafkan, Terima kasih udah meminta maaf

Label:

Krisis Diri

23.45 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Resah
Gelisah
Marah
Dimanakah rasa percaya diriku?

Kritis
Egois
Sensitif
Benarkah itu diriku?

Bukankah aku seharusnya
cool, calm, confident
dengan sedikit narsis?
..........................


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Nick Name

23.42 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Setiap periode dalam hidupku, ternyata memiliki nama panggilan yang berbeda
Dan ternyata nama panggilan itu masih berlaku hingga sekarang

Sejak lahir sampe SD, orang tuaku memberi nama panggilan Difi
Kata bokap, itu Singkatan dari Dwi Firmansyah (walau agak maksa sich singkatannya)
Ortu, saudara, tetangga dikampung + teman SD memanggilku Difi

Masuk SMP, teman2ku sesama santri di MTs Assalam Solo, memanggilku Dwi atau Firman
Standar banget yaa, soalnya kelakuannya pada lurus2 dan gak neko2 hehhehe

Di SMA I Purwokerto , sahabatku arthanov alias pepenk memanggilku Sawer
Yang artinya ular, (gw juga bingung asal mulanya, tapi katanya gw licin kayak ular hehhehe)
Hingga sekarang teman2ku SMA selalu manggil dengan nama Sawer

Duduk dibangku kuliah D3 Broadcasting UGM, anak2 gank gila BC 13 memanggilku Gophir
Itu pun masih berlaku hingga sekarang, teman2 kuliahku lebih tau nama gophir dibanding nama asliku

Trus usai lulus kuliah, gw numpang di rumah saudaraku di cipete, jakarta
Mas lucky sepupuku, memberi nama julukan Japrut dengan nama lengkap Phyrmanov Japrutsky
hingga sekarang keluarga besarku di jakarta memanggilku dengan nama Japrut

Di SCTV, nama panggilan Dwi udah banyak (dwi guntoro, dwi nindyas, dwi editor)
Liputan di lapangan juga ada cameraman nama Firman (Firman Arief metro TV)
Trus dikampus UMJ juga ada pesaing (Firman Tempo dan Firmanda Wahyu)
Gw pikir ini udah berakhir...

Terakhir pas pindah rumah ke komplek baru di celesta graha raya, ternyata...
udah ada 2 nama yang sama2 firmansyah (Muhammad Firmansyah dan Dani Firmansyah)
Daripada pusing, satpam komplek memanggil nama berdasarkan blok rumah
jadi ada firman blok A, blok B dan blok F hehhehe

Setelah melalui beragam pergantian nama
Ternyata memang harus kembali memanggil dengan nama asli dan lengkap yaa hehehhe
Susahnya punya nama pasaran...


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Pekerja Media

23.41 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Tadi pagi sebelum ke kantor, saya sempat membaca buku ''Etika Komunikasi; Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi" karya Dr. Haryatmoko, penerbit Kanisius 2007. Ada satu bagian bab di dalam buku itu yang menyoroti kondisi profesi wartawan saat ini. Dan menurut saya, tulisan tersebut sangat menarik untuk dicermati. Berikut cuplikan pada hal 58 -60.

Budaya Baru: Organisasi Luwes dan Iklim Persaingan

Logika waktu pendek menuntut pilar institusi kapitalis menyesuaikan diri dengan memperpendek kerangka waktu organisasi, menekankan tugas jangkan pendek dan segera (Sennet, 2006:49). Pembagian kerja lebih menekankan task oriented daripada kerja dengan peran yang sudah ditentukan. Maka, outsourcing beberapa fungsi ke perusahaan lain dipraktekan dimana-mana. Cara ini memungkinkan manajer menghindari lapisan birokrasi yang tidak perlu.

Kontrak terbatas menjadi praktek biasa untuk menghindari pembayaran jaminan sosial, biaya kesehatan, pensiun dan supaya tidak direpotkan oleh masalah konflik kerja. Kontrak dengan pekerja berubah sesuai dengan perubahan aktifitas perusahaan. Maka, wartawan juga harus mengikuti kebutuhan proyek dan orientasi sesaat dari media dimana bekerja, yang kadang-kadang harus mengabaikan spesialisasinya untuk pemuasan diri.

Organisasi semakin dituntut luwes. Pekerja harus memiliki ketrampilan penyesuaian diri: pertama, pro aktif berhadapan dengan situasi tak menentu; kedua, dalam struktur yang cair, kepekaan atas apa yang harus segera ditangani menggantikan tugas yang sudah terdefinisi. Di perusahaan diciptakan iklim persaingan antar tim dengan dibentuk kelompok-kelompok kerja otonom (Bourdieu, 1998; Sennet, 2006:51). Persaingan itu berlangsung dalam mencari uang, mendesain produk, serta pembaruan organisasi supaya lebih ramping dan lincah menyesuaikan diri.

Persaingan antar pekerja dipacu dengan individualisasi hubungan kerja, yaitu target setiap orang, sistem kenaikan gaji, sistem karier, strategi agar orang merasa bertanggung jawab dan menerapkan pengawasan diri dalam manajemen partisipatif. Sistem yang berlaku adalah "pemenang berhak atas semua imbalan" (Sennet, 2006:51). Persaingan adalah bagian dari sistem panotisme (manajemen pengawasan): pengawasan atau kehadiran secara fisik bisa diskontinyu, namun efek kesadaran diawasi tetap berlangsung.

Dibiarkan terjebak dalam persaingan tanpa penengah membuat tidak jelas batas antara kolega dan pesaing, akibatnya ada rasa tidak aman pada semua tingkat hierarki, stress tinggi dan gelisah. Pekerja atau wartawan (menarik bahwa sebutan “wartawan” di Amerika sring diganti dengan “media worker” dibuat patuh oleh situasi tidak menentu dan oleh ancaman sewaktu-waktu akan menganggur. Budaya baru ini cenderung menghancurkan struktur kolektif (keluarga, asosiasi, dan solidaritas). Dalam sistem ini, hanya mereka yang memiliki teknik ketrampilan tinggi mampu bersaing dan kerasan. Sedangkan yang tidak memiliki ketrampilan khusus akan terpinggirkan. Globalisasi ekonomi cenderung masih meninggalkan mayoritas penduduk merasa tak berguna. Sistem ini hanya butuh elit yang kompeten.

Selain perusahaan selalu dibawah ancaman permanen ditutup atau delokalisasi, ketakutan PHK juga datang dari adanya pasokan pekerja global, otomatisasi (komputerisasi), serta manajemen yang meminggirkan orang berumur. Tenaga terampil yang terjangkau dari segi keuangan bisa diperoleh dengan mudah dari India atau Cina. Otomatisasi memungkinkan mesin mengganti manusia. Otomatisasi tidak peduli pengalaman. Ketrampilan dipahami sebagai kemampuan melakukan sesuatu yang baru.

Perasaan tak berguna juga datang dari peminggiran yang telah berumur. Ini karena anggapan bahwa semakin tua berarti semakin lamban, kreatifitas melemah dan kurang energik, atau terjadi skill extinction (ibid., 95). Kebanyakan pekerja selama berkarier butuh setidaknya tiga kali untuk belajar kembali atau melatih diri. Kebanyakan perusahaan lebih memilih merekrut pekerja muda yang masih segar dan kreatif daripada mengirim karyawannya untuk pelatihan atau belajar lagi. Selain dari segi biaya lebih murah, juga dalam perusahaan yang selalu bergerak dan luwes, lemahnya loyalitas dan institusional knowledge tidak terlalu meresahkan. Tersingkir dari sistem ekonomi karena tidak terampil, kalh dalam persaingan yang ketat, pasokan pekerja global, otomatisasi dan manajemen peminggiran tenaga berumur mengakibatkan perasaan tak berguna.


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Jika semua kamerawan/reporter TV harus VJ?

23.39 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Kira2 kelucuan apa yang terjadi, seandainya semua kamerawan/reporter TV melakukan VJ:

Di pagi hari:
1.Tanpa perusahaan harus menerapkan disiplin masuk pagi, dijamin para kamerawan/reporter akan berangkat subuh untuk mendapatkan kamera kecil. Hukum rimba yang berlaku, siapa cepat dia dapat.

2. Yang sukses dapat kamera kecil, biar ngedumel tetap tersenyum. Tp yang gagal, pastinya akan berangkat dengan senyum kecut karena harus angkat tripod yang super berat hehehhe..

3. Trus reporter2 cantik yang berbadan mungil gimana yaa? Gak tega juga ngliatnya kalo harus bawa kamera gede hehehe.. So pasti akan muncul pahlawan2 kesiangan yang sok mbantuin angkat2, minimal sampai mobil liputan...

Di Lapangan (TKP)
1. Teman-teman wartawan cetak akan menjadi reporter TV dadakan, karena harus megang beberapa microphone.

2. Trus para VJ pastinya lagi2 akan merepotkan wartawan cetak untuk minta data, dan syukur sekalian naskah jadi hehehe..

3. Hampir pasti teknologi cloning jadi andalan, akan terjadi kolaborasi: reporter VJ akan cloning gambar dan kamerawan VJ akan cloning data+naskah.

4. Atau mungkin akan terjadi kesepakatan illegal antara Media TV yang satu grup. RCTI, TPI n Global akan berbagi tugas. ANTV n TVOne akan bersatu. Trans n Trans7 jadi kompak. trus SCTV n Indosiar mau gak mau harus ikutan sok satu grup hehehe..

5. Secara teknis, siap2 aja dikompalin editor, karena suara narasumber lebih kecil dibanding suara atmosfer

Pulang Liputan di Kantor
1. Para kamerawan kepalanya berdenyut-denyut karena harus menulis naskah yg bikin pusing. Obat sakit kepala dijamin laris keras hehehe..

2. Para reporter akan dag dig dug menunggu respon editor,kira2 gambarnya cukup gak yaa buat dijadiin paket berita hehehehe..

Ada yang mau nambahin?
Guyonan aja kok, sebelum itu menjadi kenyataan hehehehe...


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Teori Pembelajaran Sosial Ala Bu Yati

23.37 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Sering kita lihat anak2 berdiri didepan TV sambil berdendang, menari dan menyanyi mengikuti gerakan tokoh kartun idolanya seperti Dora the explorer atau tokoh fiksi lainnya. Mereka begitu bergembira belajar dari televisi irama tarian tersebut.

Dalam buku ”Teori Komunikasi; Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa”, karya Werner J. Severin dan James W Tankard, JR. Aktifitas anak2 tersebut merupakan dampak dari media massa, terutama televisi, yang biasa disebut Teori Pembelajaran Sosial.

Menurut Albert Bandura, Teori Pembelajaran Sosial (social learning theory) menyatakan bahwa terjadi banyak pembelajaran melalui pengamatan pada perilaku orang lain. Teori ini terutama banyak berharga dalam menganalisis kemungkinan dampak kekerasan yang ditayangkan di televisi, teori ini juga bisa diterapkan dan diaplikasikan pada bidang-bidang dampak media massa yang lain.

Teori pembelajaran sosial mengakui bahwa manusia mampu menyadari atau berpikir bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari pengamatan dan pengalaman, teori ini mengakui bahwa banyak pembelajaran manusia terjadi dengan menyaksikan orang lain yang menampilkan perilaku yang beraneka ragam. Jenis pembelajaran ini juga dapat dengan jelas terjadi melalui media massa. Seseorang dapat mengamati orang lain yang terlibat dalam perilaku tertentu di media massa dan dapat mempraktikan perilaku itu dalam kehidupannya.

Pada kasus lain, ada sebuah cuplikan berita menarik tentang bagaimana dampak teori ini terjadi :

Judul : Yati Berbuat Jahat Setelah Meniru Ryan

Sri Rumiyati alias Yati (48) bertutur kepada wartawan beberapa waktu lalu, ”Saya memutilasi Pak Hendra karena meniru Ryan, terutama dari tayangan televisi selain dari koran yang saya beli di angkot (angkutan kota). Daripada repot, untuk menghilangkan jejak jenazahnya, saya potong-potong saja Pak Hendra seperti dilakukan Ryan.”

Yati adalah tersangka kasus mutilasi terhadap suaminya, Hendra. Sejumlah potongan tubuh Hendra dibuang Yati di kolong kursi Bus Mayasari Bhakti P-64 dan ditemukan warga pada 23 September 2008.
(sumber : cetak.kompas.com, Senin, 10 November 2008)

Pembelajaran sosial terutama efektif pada televisi, dimana audiens mendapatkan kekuatan berlipat ganda dari model tunggal yang mengirimkan cara-cara berpikir dan berperilaku baru bagi banyak orang di lokasi yang berlainan.

Terkadang di lapangan, sebagai wartawan televisi, kita dituntut mengambil gambar olah TKP seorang tersangka yang sedang memperagakan proses mutilasi, dan dengan terpaksa kita mengambil gambar apa adanya, sehingga tayangan yang muncul di televisi pun adalah tayangan kejadian tersebut. Kita tidak sadar bahwa ternyata gambar itu, bisa menginspirasi penonton untuk meniru adegan tersebut. Walaupun menurut penelitian, pelaku copycat crime relatif sedikit jumlahnya, tapi tidak ada salahnya kita ikut memikirkan dampak tersebut.

Saya teringat pernah mendapat sedikit wejangan dari seorang kamerawan senior di kantor, tentang simbolisasi gambar. Dimana kita dituntut membuat sebuah gambar yang mampu menceritakan sebuah peristiwa nyata, tanpa menunjukkan visual nyata yang mengerikan. Dia mencontohkan, pemberitaan di sebuah TV asing yang hanya mengambil shot sebuah kereta api yang rusak parah dan hancur secara detil, untuk menunjukkan banyaknya korban manusia, tanpa ada sedikit pun gambar manusia yang tewas.

Mungkinkah kita bisa bersepakat mencari cara meminimalisir dampak negatif tayangan TV?
Sementara visual seperti itulah yang dicintai "rating".


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label:

Gaza

23.33 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Hari ini, Ibrahim sang bapak segala agama menangis
Menyesali anak keturunannya yang tiada lelah berperang
Seolah sia-sia segala harapan
untuk melahirkan anak-anak yang bersahabat

Hari Ini, Musa sang pembawa "10 perintah Tuhan" menahan amarah
karena tak satupun perintah Tuhan yang ditaati para pengikutnya
Pengkhianatan para saudaranya di Gunung Sinai
Bereinkarnasi menjadi pembantaian di Jalur Gaza

Hari ini, Isa sang pembawa kasih berurai airmata
Karena pengikutnya lalai memberikan kedamaian dalam KasihNya
Rasa cinta yang dulu diajarkannya
seolah menjadi abai, dengan membiarkan terjadinya perang dan pembantaian

Hari ini, Muhammad sang pembawa keselamatan membuka pintu surga
Karena ratusan jiwa tak berdosa datang mengetuk pintuNya
Tapi dimanakah para pemelukmu yang lain?
Yang tetap hidup bermewah, sementara saudaranya menderita

Wahai Para Nabi,
Akankah kau tetap berdiam diri di surga sana?
Sementara ratusan anak cucumu terpanggang tak berdaya
Sementara ribuan tubuh para pengikutmu menahan sakit tanpa pertolongan


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Wahai Gaza,
Akankah tanahmu menjadi saksi pembantaian manusia atas manusia?

Label:

Jejak Tsunami Aceh

21.10 / Diposting oleh Phyrman / komentar (0)

Jakarta, 26 Desember 2004
Hubungan komunikasi dengan aceh terputus, tak ada yang tahu kondisi sebenarnya dari kota serambi mekah saat itu. Info terakhir sebelum jaringan listrik dan telkom putus, hanyalah kabar bahwa puluhan orang meninggal karena air laut bergelombang menerjang pusat kota aceh.

Jiwa petualanganku bergejolak, rasa penasaranku untuk menyaksikan kekejaman alam selalu bangkit, aku selalu berharap bisa menjadi saksi sejarah sebuah bencana, betapapun menyedihkan atau menyeramkan peristiwa itu. Tetapi aku selalu berhasrat untuk mendatanginya, seberat apapun medan yang mungkin akan dihadapi.
Setengah iseng setengah berdoa,ku sms koordinator kameramanku; “mas, kalo butuh volunteer ke aceh, gw mau dong…”
Saat itu aku tidak terlalu berharap akan diberangkatkan, karena biasanya untuk sebuah peristiwa besar, kameraman seniorlah yang akan dikirim. Sedangkan aku saat itu baru 1 tahun bekerja.

Empat lima jam berlalu, tiba-tiba ringtone hp ku berdering.. wah, dari nomor kantor nich, seruku setengah berharap. Suara korkam ku terdengar disana, “Bro, besok berangkat ke aceh yaa.. Gak usah pake reporter, sendirian aja. Elo berangkat sambil bawa genset bareng anak teknik, soalnya teman2 yang sudah berangkat tidak bisa live karena semua jaringan listrik dan telpon putus. Hati-hati aja karena informasi kondisi aceh terakhir sangat minim. Elo besok berangkat ikut rombongan PKS (Partai Keadilan Sejahtera-red). Ok, siap mas!!! Jawabku singkat. Trus, untuk SPJ, besok minta ke sekred aja, malam ini gw urus, kata korkam melanjutkan. Ok, Siapp!! Jawabku lagi.

Jakarta, 27 Desember 2004
Esok paginya kupersiapkan kamera Sony DSR PD 170 yang mungil, sengaja kantor menyiapkan kamera “kecil” untuk liputan bencana, guna menghindari kegagalan mendapat gambar karena faktor alam yang belum terprediksi. Dengan diantar sopir kantor, aku dan 2 anak teknik ditambah 1 genset ukuran sedang, meluncur ke bandara soekarno-hatta cengkareng.

Jalan menuju daerah bencana memang selalu berliku, masih di bandara, masalah kecil muncul, gara-gara misinterpretasi antara koordinator teknik dan rombongan panitia PKS tentang ukuran genset, perjalanan terhambat beberapa jam. Ternyata genset yang SCTV bawa terlalu besar untuk masuk pintu pesawat penumpang, sedangkan bagasi pesawat sudah penuh oleh barang-barang bantuan dari sohib-sohib PKS. Akhirnya terjadi negosiasi dan disepakati untuk repackage barang-barang di bagasi, agar genset bisa masuk ke dalamnya.

Sore nan indah diatas awan, matahari berpendar kuning saat sunset, awan-awan putih berarak ceria di sepanjang jalur pesawat. Iringan bacaan ayat suci alquran tidak pernah putus dikumandangkan dengan lamat-lamat oleh sohib-sohib PKS. Suasana hatiku benar-benar tenang dan tentram, sampai terbersit pikiran nakal di benakku, mungkin jika terjadi kecelakaan pesawat, aku akan ikut menjadi syahid bersama mereka hehehe.

Medan, 27 Desember 2004
Keruwetan mulai tampak sesampainya di bandara Polonia Medan. Puluhan bahkan ratusan orang berlalu-lalang di sekitar bandara. Ribuan kardus mie instan, minuman, obat-obatan menumpuk hanggar pesawat milik TNI AU yang dirubah menjadi gudang penampungan bantuan. Informasi sudah semakin jelas, bahwa tsunami aceh telah merenggut nyawa ribuan orang dan menghancurkan segala fasilitas dan infrastruktur di kota yang pernah menjadi Daerah Operasi Militer (DOM) itu.

Pesawat pengangkut manusia tidak diperbolehkan masuk ke aceh, prioritas utamanya adalah pengiriman bantuan makanan dan obat-obatan. Aku dan rombongan PKS terjebak di medan, kebijakan darurat TNI saat itu adalah melarang pesawat penumpang terbang ke aceh. Semua relawan dan keluarga korban harus menggunakan angkutan darat untuk menuju aceh.

Kecepatan kantor untuk segera menyiarkan berita tsunami aceh secara langsung, sangat tergantung pada genset yang kita bawa. Aku segera menelepon manajer liputan untuk menceritakan kondisi saat itu dan meminta pihak kantor untuk membuka lobi dengan pejabat TNI, agar aku dan 2 temen teknik bisa menumpang pesawat bantuan ke aceh.

Beberapa jenderal dan kolonel dari berbagai angkatan di TNI telah dikontak, tapi tetap aja hasilnya nihil. Padahal salah satu reporter SCTV adalah anak seorang panglima Angkatan Udara yang saat itu masik aktif. Tetapi tetap aja nihil..

Beruntung teman-teman PKS punya niat yang kuat untuk menjadi partai pertama yang masuk memberi bantuan ke daerah yang hampir 100 persen muslim itu. Mereka menyewa 1 bus dan 1 truk pembawa barang bantuan. Akhirnya kita berangkat menggunakan jalur darat, aku dan 1 teman teknik ikut bis, sedangkan 1 teman teknik lainnya naik truk untuk mengawal genset yang menjadi tanggung jawabnya itu.

Banyak cerita lucu sepanjang jalur darat. Selama hampir 12 jam perjalanan, beberapa kali bis PKS dihentikan oleh dua kubu yang masih bertikai. Pemeriksaan pertama, menjelang masuk perbatasan propinsi Sumatra Utara – Aceh, serombongan anggota TNI berseragam lengkap dengan senjata laras panjang, masuk dan memeriksa para penumpang bus. Mereka berpesan agar berhati-hati terhadap anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang masih berkeliaran. Aku langsung berpikir, dalam kondisi bencana sebesar ini kok ya masih berpikir untuk berkonflik dengan rakyatnya sendiri.

Sekitar 2 jam kemudian, didaerah biereun yang menjadi basis utama GAM, bis kami dihentikan oleh 3 anggota GAM dengan bersenjata AK 47 buatan Russia. Mungkin karena sebelum masuk bis, mereka sudah membaca spanduk rombongan PKS yang dianggap saudara sesama muslim, mereka tidak mengganggu. Salah satu anggota GAM itu hanya masuk dan berdiri di samping sopir, lalu berkata sambil tertawa penuh rasa bangga, bahwa dalam peperangan melawan TNI, GAM tidak pernah bisa membunuh banyak tentara, tapi dalam tsunami aceh, ratusan bahkan mungkin ribuan anggota TNI tewas. Mungkin ini adalah kutukan Tuhan, katanya. Dalam hatiku aku berkata, mungkin ini adalah efek dari sebuah perang yang terjadi tanpa alasan yang jelas. Sehingga orang menjadi kehilangan nuraninya, bahkan hati mereka pun tidak tersentuh oleh kematian saudara sebangsa, kendati yang meninggal itu mengenakan baju loreng.

Aceh, 28 Desember 2004
Pagi menjelang, matahari perlahan-lahan menyinari kota yang penuh aroma kematian. Bau bangkai mulai tercium disepanjang jalan kota, puluhan mayat yang belum dievakuasi masih terjajar di pinggir jalan. Bis kami akhirnya berhenti di Kantor Cabang PKS sekitar 5 KM dari bandara Blang Bintang Aceh.
Dengan tertawa tertahan, teman-temanku reporter dan kameraman yang sudah sampai dulu, menjemputku sambil berkata : “welcome to the jungle! Kayaknya berat badanmu bakal turun banyak dalam liputan ini hehehhe…”

Sebagai awal kerja, tim liputan SCTV bermarkas di hanggar pesawat Bandara Blang Bintang. Ini adalah pilihan yang tepat, karena kita bisa bergerak cepat jika ada rombongan pengirim bantuan terbang ke daerah lain. Pada awal liputan tsunami ini, SCTV memberangkatkan lebih dari 15 kru, di banda aceh ada reporter: nurul amin, zulkarnain meinardi, dan diuvina oktora, kameramen: effendi kasah, taufik maru, frans ambudi dan aku sendiri. Presenter ada bayu sutiyono dan rosiana silalahi, produser yang hadir ada daeng rahman. PD SNG: andi patra, Kru teknik: 3 orang, Unit : Herra Amaliyah, Lalu ada tambahan 4 koresponden Aceh. Di Meulaboh ada reporter miko toro dan kameraman akhem mona.

Aceh, 29 Desember – 10 Januari 2004
Hari ini adalah hari pertamaku liputan tsunami aceh, perutku langsung mual karena tak tahan bau mayat yang menyengat. Masker yang kupakai seakan-akan tidak mampu menahan bau itu. Dengan menyewa ojek khas aceh, yaitu sepeda motor yang diberi boncengan tambahan untuk penumpang, aku meluncur menuju jembatan penayungan di dekat pantai. Aku mendapat tugas meliput evakuasi mayat yang ada disepanjang sungai penayungan bersama tim SAR TNI AL. Dengan menggunakan perahu karet kita berlayar menuju kumpulan mayat yang hanyut di sepanjang aliran sungai.

Tiba-tiba hatiku terasa dingin, tidak ada lagi rasa mual atau bau bangkai yang sebelumnya terasa menyengat, padahal tepat dibawahku, dibawah perahu karet yang mengangkutku, ribuan manusia yang menjadi korban keganasan tsunami masih terapung disitu. Aku terkesima dan setengah bersyukur pada Tuhan, bahwa aku telah diberi kesempatan untuk melihat sebuah sejarah keganasan alam yang membunuh sekitar 200 ribu manusia.

Kamera PD 170 ku bergerak pelan-pelan, sambil terus mencari angle yang menarik. Tapi mataku tetap tidak bisa focus pada viewfinder. Kutatap satu persatu wajah kumpulan manusia yang ada disekelilingku, sepi, hampa, dan kosong. Tiba-tiba aku berpikir dangkal, bagaimana cara anggota keluarga yang masih hidup mencari keluarganya yang menjadi korban? Sementara ada ribuan bahkan mungkin puluhan ribu mayat terkumpul disini.

Hari berikutnya, aku mendapat tugas menemani reporter nurul amin untuk meliput kapal pembangkit listik berbahan bakar batu bara yang terlempar sejauh 5 KM dari pinggir laut. Begitu sampai di lokasi, kami berdua langsung tercengang, dari bibir nurul amin tak henti-hentinya bertasbih dan bertakbir menyebut asma Allah SWT, subhanallah, allahu akbar. Bagaimana mungkin, kapal seberat 250 ton bisa terlempar sejauh itu? Seberapa besar kekuatan yang diperlukan untuk mengangkat kapal tersebut dan melemparkannya ke daratan? Lalu bagaimana nasib manusia yang sedang berada di dalam rumah, sedangkan rumahnya kemudian tertimpa kapal? Dan mungkinkah kita membayangkan cara mengevakuasinya? Tuhan memang Maha Perkasa.

Liputan-liputan selanjutnya berjalan biasa saja, mengalir apa adanya. Kita sudah mulai ditugaskan untuk membuat feature,dan human interest warga aceh yang masih selamat.
Salah satu koresponden SCTV, kita biasa memanggilnya Bang ferry, kehilangan istri dan 1 anaknya. Bang Ferry selamat berkat peliputan. Sesaat setelah gempa pertama, bang ferry bergegas meninggalkan rumahnya untuk meliput korban gempa di wilayah lain. Dan moment itulah yang menyelamatkannya dari tsunami tetapi sekaligus membuatnya harus berpisah dengan istri tercintanya dan si bungsu.

Setelah berhari-hari mencari tanpa kenal lelah, bang ferry akhirnya berhasil menemukan anak sulungnya yang selamat dari tsunami, di sebuah penampungan. Sang anak bercerita tentang tindakan heroik sang ibu dalam menyelamatkan adik bungsunya, walaupun akhirnya berujung pada kekalahan. Menurut si sulung, saat tsunami datang, semuanya terseret arus sejauh beberapa puluh meter, si sulung dan sang ibu akhirnya berhasil berpegangan pada sebuah pohon kelapa dan memanjatnya untuk menghindari air bah. Namun sang ibu melihat si bungsu terseret arus tanpa mampu berpegangan karena masih kecil. Akhirnya sang ibu melepaskan pegangannya, demi menyelamatkan nyawa sang adik, namun ternyata Tuhan berkehendak lain.

Romantika pertikaian TNI vs GAM, kekuatan alam yang maha dahsyat dan aksi heroik sang ibu demi meyelamatkan anaknya, merupakan sisi lain liputan tsunami aceh yang tidak mungkin dan tidak akan pernah aku lupakan. Sisi-sisi inilah yang membuatku mencintai dunia jurnalistik, sebuah profesi yang membuatku bisa menjadi saksi sejarah sebuah peristiwa dan berharap untuk bisa terus membaginya kepada orang lain

Celesta, 25 Desember 2008


Dwi Firmansyah
http://ruangstudio.blogspot.com

Label: